Berbagai jenis 'terompah' Belanda, berdasarkan kota pembuatnya
Mereka mampu dan berhasil mendidik generasi muda mereka untuk menghargai serta justru mengembangkan clog, dan sampai sekarang pun, aku sangat tertarik untuk selalu membeli souvenir clog ini.
Presentasi tidak memakan waktu lama. Si noni Belanda mempresentasikan bagaimana dari sebuah gelondongan kayu sekitar sebesar telapak kaki, dipotong2 sesuai kira2 cukup nyaman untuk sebuah sepatu.
Foto atas, adalah sepatu2 yang sudah dipotong, di bentuk khas 'terompah' Belanda dan langsung digantung untuk mengeringkannya.
Foto dibawahnya, sepatu2 yang sudah mulai di amplas dan diberi warna dasar, sebelum 100% kering dan bisa di desain warna dan asesorisnya.
Setelah itu, potongan2 kayu itu, dalamnya dipahat dan dibuang, untuk meletakan telapak kaki kita. Sedemikian sehingga cukup nyaman. Lalu di sekeliling sepatu itu pun di pahat dan diserut, sesuai keinginan. Karena clog ini sedah 'pakem' sengan bentuknya, clog tidak akan keluar dari pakemnya. Ujung sepatunya runcing dan finishing yang cukup diserut rapi.
Jadilah sepasang clog, lalu di gantung selama beberapa hari untuk dikeringkan. Karena sepotong kayu adalah benar2 baru ditebang dari hutan ( jaman dahulu ) sehingga belum kering. Jika sudah kering, susutlah clog tersebut, sekitar 10%, dan barulah sepatu2 itu diberi warna, lukisan atau apapun yang dikehendakinya.
Mungkn setelah 20 menit di ruang presentasi pembuatan clog, kami digiring ke tempat penympanan clog yang sudah kering, tetapi belum di hias. Clog2 itu benar2 masih mentah, dari kayu hutan dan siap untuk di hias, sebagai hadiah, dijual atau untuk mereka sendiri.
Beberapa turis mencobanya. Beberapa juga memesannya untuk di hias sesuai dengan keinginannya. Ruangan itu ramai dengan tawa dan canda. Aku pun ingin mencoba, tetapi susah untuk melakukannya. Pertama, karena kakiku kecil ( ukuran maksimal 37 ), tidak ada yang kecil. Kedua, cloh cukup berat dan kaki kananku tidak mampu mengangkatnya, karena memang lumpuh.