Viral menjadi sebuah tujuan yang diimpikan oleh setiap orang saat bermedia sosial. Istilah tersebut muncul pada saat era sosial media yang menawarkan setiap orang bisa menjadi content creator untuk membuat sebuah konten agar dilihat oleh banyak orang.
Baru-baru ini, sebuah video viral mengundang atensi warganet di Instagram. Seorang sekuriti mall di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat tersorot publik karena aksinya memukuli anjing. Aksi satpam tersebut terekam kamera dan videonya beredar di media sosial. Salah satunya akun X, @moonchildfams mengunggah video tersebut pada Kamis (6/6) lalu.
Aksi sekuriti memukul anjing itu viral dan diduga video tersebut direkam oleh warga yang tengah melintas di sekitar Lokasi. Mengutip dari Kompas, video tersbeut juga beredar di akun media sosial X twitter @sugaxcha yang meminta twitter berikan keajaiban untuk aksi tersebut dan menganggap perbuatan sekuriti tersebut tidak wajar karena memukuli kepala anjing dengan kencang di sebuah mall besar Plaza Indonesia.
Memang terlihat dalam video itu, seorang pria sedang memukuli anjing penjaga yang sedang bersamanya. Anjing berbulu coklat muda itu dipukul beberapa kali pada bagian kepala, tepat di pinggir jalan depan mall. Melihat keviralan video tersebut, pihak Plaza Indonesia pun langsung memeriksa keadaan anjing penjaganya dan ternyata dalam keadaan baik-baik saja.
Kenapa Orang Ingin Viral? Ini Penjelasan dari Psikolognya
Di era digital, kita melihat banyak sekali orang yang tertarik untuk menjadi viral di media sosial. Dengan berbagai cara yang dihalalkan untuk menjaga viral, sebetulnya apa sih yang membuat tujuan utama yang ingin dicapai oleh orang-orang seperti itu?
Mengutip dari Tempo, seorang psikolog klinis bernama Alfath Megawati menyebutkan ada tiga motif yang menjadi dasar keinginan seseorang untuk viral, antara lain:
- Keinginan untuk Dilihat dan Kehebatannya Diakui. Ega menjelaskan kedua hal ini sudah menjadi sifat dasar manusia yang senang apabila mendapatkan apresiasi. Menurutnya dengan viral, mereka pasti menjadi sorotan. Oleh karenanya, pasti ada anggapan jika dia cocok menjadi panutan.
- Kerinduan agar Memperoleh Gaya Hidup dengan Status Tinggi. Alasan lain dari keinginan seseorang menjadi viral karena kerinduan agar memperoleh gaya hidup dengan status tinggi. Hal itu karena tidak bisa terelakan bahwa menjadi seorang yang terkenal pasti akan memperoleh penghasilan tinggi. “Ada keuntungan secara material yang ingin didapat. Supaya bisa juga menunjukkan kalau dia bisa beli ini dan itu,” jelas Ega.
- Haus akan Pamor. Tujuan ketiga tidak kalah penting. Dalam kacamata ilmu psikologi, orang yang haus dengan pamor akan berkeinginan untuk membantu orang lain serta membantu orang lain di sekitarnya bangga. Dengan menjadi viral, mereka bisa menjadi role model untuk banyak orang. Menurut Ega, hal itu yang membuat keluarganya menjadi bangga denga napa yang dilakukannya.
Sementara itu, dalam teori psikologis adanya kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow menjadi dasar alasan orang ingin viral. Dilansir dari Psychology Today, maslow mengklasifikasi lima kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia, di antaranya: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri (self-esteem), dan aktualisasi diri.
Media sosial sendiri telah menjadi tempat untuk banyak orang dalam mencari peran di masyarakat. Bahkan, menghadirkan kecenderungan perasaan bangga jika seseorang dapat mengikuti tren apa yang tengah berkembang di media sosial serta menjadi viral. Popularistas online bisa menambah ego serta memunculkan perasaan dihargai dan diterima oleh masyarakat.
Viral Boleh Tapi Jangan Abaikan Fakta
Akibat dari viralnya video tersebut, sekuriti mall bernama Nasarius dipecat. Ia pun menggunggah permintaan maafnya tentang memukul anjing sampai terekam kamera oleh warga dan beredar di media sosial. Melalui rekamannya, Nasarius mengklarifikasi soal aksi pemukulan terhadap anjing penjaganya itu. Ia menyebut aksi pemukulan bukan untuk menyakiti anjingnya. Menurutnya saat itu aksinya ingin menyelamatkan anak kucing dari terkaman anjing tersebut.
Permintaan maaf dari sekuriti mall tersebut membuka banyak mata orang terbuka bahwa sebuah video viral selalu luput dari pengabaian fakta yang sebetulnya. Bak nasi sudah menjadi bubur, video tersebut sudah beredar dan menimbulkan kerugian untuk seseorang. Dari peristiwa ini tergambar jelas bahwa setiap orang ingin viral namun selalu mengabaikan fakta yang sebetulnya menjadi dasar dari semua peristiswa. Hal itu mengabaikan sisi lainnya yang ternyata berimbas besar merugikan orang lain.
Dalam hal ini menjadi viral menggambarkan bagaimana seseorang ingin mencari perhatian. Berbasis dasar ingin memviralkan aksi kekerasan pada hewan, malah merusak keadilan untuk manusia. Meski terlihat kompleks, hal itu memang sering ditemukan oleh sebagian orang yang menggunakan berbagai cara agar viral. Misalnya dengan cara-cara yang menghadirkan negatif sampai hujatan dari netizen terhadap sekurit tersebut. Namun semata-mata itu karena ingin mendapatkan ketenaran serta perhatian.
Media sosial sendiri menjadi sebuah platform yang hadir secara bebas. Maksudnya setiap penggunanya secara bebas mengekspresikan diri dengan mengunggah berbagai konten sesuai keingiannya. Meski begitu, sebagai pengguna kita juga perlu mengetahui semua informasi di media sosial tidak ada gathkeeper yang menanaunginya. Oleh karenanya, seruan fakta bisa saja dikemas dengan segitunya, padahal abai dengan berbagai sisi lainnya yang menyelimuti sebuah kejadian.
Untuk itu, sebagai pengguna media sosial, bijaklah dalam memilah informasi. Viral boleh untuk mencapai berbagai tujuan utama sifat dasar manusia seperti menurut psikolog. Namun, dalam pembuatan konten haruslah tetap menjaga marwah fakta. Dengan demikian bukan hanya ingin dipuji, sebuah konten yang ingin menjadi viral tetaplah terus memegang prinsip mengedukasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H