Candi Borobudur merupakan candi terbesar di dunia sekaligus menjadi tempat suci umat Buddha dengan keindahan arsitektur yang luar biasa. Status sebagai warisan kebudayaan yang diberikan UNESCO pada awal abad ke-20 membuat candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini ramai dikunjungi oleh wisatawan.Â
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya ada lebih dari dua juta wisatawan domestik serta mancanegara yang berbondong-bondong mendatangi Candi Borobudur sebagai destinasi wisata pada tahun 2020 hingga 2022.
Selain dari keindahan arsitektur yang dimilikinya, nilai historis tinggi yang dimiliki Candi Borobudur juga menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi para wisatawan yang punya ketertarikan lebih terhadap sejarah.Â
Wisatawan yang memiliki hobi berolahraga juga dapat menikmati lintasan lari yang dimiliki oleh Candi Borobudur dalam acara Borobudur Marathon yang diadakan secara rutin setiap tahun.Â
Jalur marathon yang dimiliki oleh candi terbesar di dunia ini telah diakui oleh berbagai pihak internasional. Candi Borobudur juga menawarkan aksesibilitas serta akomodasi kebutuhan seperti tempat singgah, tempat perbelanjaan, serta transportasi umum yang akan memanjakan para wisatawan.Â
Berkunjung ke Candi Borobudur bersama teman ataupun keluarga memang terdengar sangat menyenangkan. Namun, hal yang kerap dilupakan para wisatawan adalah bahwa pada dasarnya tidak ada tempat wisata yang terbebas dari risiko kecelakaan.Â
Risiko kecelakaan di berbagai tempat wisata dapat bermacam-macam. Salah satu diantaranya adalah disfungsi mekanisme wahana yang tersedia, atau bahkan potensi bencana alam yang selalu mengintai. Hal serupa juga dapat terjadi di Candi Borobudur.Â
Di balik keindahan dan daya tarik tersendiri yang dimilikinya, wisatawan yang hendak berkunjung ke Candi Borobudur tetap perlu untuk waspada dengan potensi bencana alam yang dapat terjadi.Â
Agar para wisatawan yang memiliki rencana untuk berkunjung ke Candi Borobudur dapat meminimalisir risiko terkena bencana alam, para wisatawan dapat bertanya kepada sumber yang terpercaya, atau mencari kabar di internet untuk mengetahui kondisi terkini Candi Borobudur sebelum memutuskan untuk berangkat.Â
Secara geografis, Kabupaten Magelang dikelilingi oleh lima gunung. Kelima gunung tersebut diantaranya adalah Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung Menoreh, Gunung Merapi, dan Gunung Sumbing.Â
Banyaknya gunung yang tersebar di sekeliling Kabupaten Magelang ini meningkatkan risiko bencana alam yang dapat terjadi. Terlebih, saat ini Gunung Merapi serta Gunung Sumbing saat ini memiliki status sebagai Gunung Berapi Aktif yang dapat meletus kapan saja.Â
Di era modern ini, kapan letusan gunung berapi akan terjadi sudah dapat diprediksi oleh para ilmuwan. Meski begitu, yang perlu untuk diwaspadai bukanlah kapan sebuah gunung berapi akan meletus, akan tetapi apa dampak dari letusan gunung yang akan menimpa masyarakat. Perlu untuk diketahui, dampak dari letusan Gunung Berapi dapat berupa aliran awan panas, gas vulkanik beracun, bahkan dapat memicu terjadinya gempa bumi.Â
Selain disebabkan oleh letusan gunung berapi, gempa bumi juga dapat terjadi oleh adanya pergeseran lempeng tektonik. Pergeseran lempeng tektonik ini merupakan fenomena alam yang paling umum menjadi penyebab gempa bumi.
Lalu, apakah pergeseran lempeng tektonik ini juga perlu untuk menjadi perhatian para pengunjung Candi Borobudur? Apabila kita melihat peta potensi gempa bumi di Indonesia, kita dapat melihat bahwa Provinsi Jawa Tengah dilintasi oleh berbagai macam sesar aktif, seperti Sesar Merapi-Merbabu, Sesar Muria, Sesar Rawa Pening, dan lain sebagainya.Â
Sesar, atau yang juga disebut sebagai retakan lempeng memiliki potensi untuk menimbulkan gempa dengan kekuatan luar biasa yang dapat merusak bangunan-bangunan di sekitar area gempa. Bahkan dalam beberapa kasus, gempa bumi dapat mengundang datangnya tsunami.Â
Meski secara spesifik Kabupaten Magelang memiliki risiko terkena gempa bumi akibat pergeseran lempeng yang rendah, wisatawan dan masyarakat setempat tetap perlu untuk tetap waspada. Karena pada dasarnya, risiko dari sebuah bencana alam di setiap tempat tidak akan pernah mencapai nol persen.Â
Meskipun saat ini Indonesia telah memiliki Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau lebih dikenal sebagai BMKG yang memiliki tugas untuk menyebarluaskan informasi mengenai potensi bencana alam di seluruh Indonesia, wisatawan serta masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan BMKG saja. Wisatawan dan masyarakat tetap perlu untuk waspada serta mengerti hal-hal mendasar mengenai mitigasi bencana, agar dapat menyelamatkan diri, serta orang terdekat.Â
Berikut merupakan beberapa langkah mitigasi yang dapat dilakukan wisatawan dan masyarakat ketika menghadapi bencana gunung meletus serta gempa bumi:Â
Langkah Mitigasi Pada Saat Bencana Gunung Meletus Terjadi:Â
1. Apabila evakuasi telah dilakukan, pastikan tidak kembali ke kediaman sampai keadaan sudah dipastikan aman.Â
2. Hindari daerah rawan bencana, seperti lereng gunung, lembah, dan daerah aliran lahar.Â
3. Ketika melihat lahar atau benda lain yang mendekati rumah, segera selamatkan diri dan cari perlindungan terdekat.Â
4. Lindungi diri dari debu dan awan panas.Â
5. Gunakan kacamata pelindung.Â
6. Gunakan masker kain untuk menutup mulut dan hidung.
Langkah Mitigasi Pada Saat Bencana Gempa Bumi Terjadi:Â
1. Jika berada di dalam bangunan, cari area yang bisa melindungi diri seperti dibawah meja. Jika masih memungkinan lari keluar bangunan menggunakan tangga darurat dan menghindari penggunaan lift.Â
2. Jika berada di luar bangunan menjauh dari bangunan atau benda yang rawan roboh, seperti pohon, tiang listrik, dan papan baliho. Waspadai pula jika terjadi rekahan tanah.Â
3. Jika berada di dalam kendaraan, segera berhenti dan turun dari kendaraan, lalu pergi ke tempat aman.
Referensi
https://ugm.ac.id/id/berita/16354-mahasiswa-ugm-teliti-kerentanan-gempa-candi-borobudur/Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H