Mohon tunggu...
Christian NathanaelGirsang
Christian NathanaelGirsang Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA Kanisius

Saya orang yang suka dalam bidang olahraga dan tidak setengah setengah dalam mengerjakan sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Meniti Harmoni dalam Keberagaman

21 November 2024   12:25 Diperbarui: 21 November 2024   12:30 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Keberagaman adalah kekuatan, bukan kelemahan." -- Desmond Tutu

Suara azan Magrib menggema di Pesantren Nur el Falah, mengalun merdu di antara pohon-pohon rindang yang menghiasi kawasan pesantren. Saat itu, rombongan siswa Kolese Kanisius baru saja tiba, membawa semangat baru untuk mengenal lebih dalam tentang Islam dan kehidupan pesantren. Ekskursi lintas agama ini, yang diadakan setiap tahun, menjadi simbol nyata bahwa harmoni dalam keberagaman dapat dirajut dengan dialog dan pengalaman langsung.

Pengalaman Berharga yang Tak Tergantikan

Ekskursi ini bukan sekadar kunjungan formal. Siswa-siswa diajak untuk tinggal di pesantren selama tiga hari penuh, mengikuti berbagai aktivitas yang biasa dilakukan oleh santri. Dari bangun subuh, mengikuti kajian kitab kuning, hingga berbincang hangat dengan para ustaz, mereka merasakan langsung ritme kehidupan pesantren.

Seorang siswa, Gabriel, berbagi pengalamannya, "Awalnya, saya merasa canggung. Tapi ketika saya melihat bagaimana santri menyambut kami dengan senyuman tulus, saya merasa seperti di rumah. Kami belajar bukan hanya tentang agama mereka, tetapi juga tentang semangat persaudaraan."

Kesan serupa juga dirasakan oleh pihak pesantren. Ustaz Yusuf, salah satu pengajar di Nur el Falah, menyebutkan, "Kami melihat semangat anak-anak Kanisius untuk belajar dan memahami. Ini adalah dialog dalam bentuk yang paling indah: berbagi kehidupan."

Argumentasi: Mengapa Pentingnya Ekskursi Lintas Agama?

Di tengah polarisasi yang sering kali mencuat di masyarakat, ekskursi lintas agama menjadi cara efektif untuk meluruhkan prasangka. Dengan saling mengenal, ketakutan yang muncul dari ketidaktahuan dapat dihapuskan.

Menurut data dari Indonesian Survey Institute (2022), 45% masyarakat Indonesia masih memiliki stereotip negatif terhadap kelompok agama lain. Angka ini menunjukkan bahwa inisiatif seperti ekskursi Kanisius sangat relevan. Melalui pengalaman langsung, siswa tidak hanya memahami teori keberagaman, tetapi juga praktik nyata hidup berdampingan dalam perbedaan.

Selain itu, ekskursi ini menanamkan nilai-nilai penting, seperti toleransi, rasa ingin tahu, dan empati. Nilai-nilai ini menjadi bekal penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.

Pesantren Nur el Falah: Oase Kedamaian

Deskripsi tentang pesantren ini memperkaya pemahaman tentang lingkungan yang menyambut rombongan Kanisius. Pesantren Nur el Falah terletak di sebuah desa kecil di pinggiran Yogyakarta. Bangunannya sederhana namun penuh arti. Aula utama berdiri megah dengan ukiran kaligrafi di dindingnya, sementara asrama santri dipenuhi dengan suasana kehangatan dan kesederhanaan.

Setiap sudut pesantren memancarkan nilai-nilai Islam yang damai dan inklusif. Tidak heran jika banyak santri di sini berasal dari berbagai latar belakang, termasuk non-Muslim yang belajar untuk memahami Islam secara mendalam.

Momen Berharga: Puisi dan Refleksi

Pada malam terakhir ekskursi, diadakan sesi refleksi bersama. Gabriel, yang awalnya canggung, membaca sebuah puisi yang ia tulis berdasarkan pengalamannya:

"Di bawah langit pesantren
Aku temukan makna persaudaraan
Tak peduli iman yang berbeda
Cinta kasih tetap ada.

"Di hati manusia, kita sama
Mencari damai, mencari cahaya
Pesantren ini bukan sekadar tempat
Tapi rumah bagi harmoni yang erat."

Puisi ini diiringi tepuk tangan meriah, menandai akhir dari perjalanan yang penuh makna.

Penutup: Merajut Masa Depan yang Lebih Baik

Ekskursi Kanisius di Pesantren Nur el Falah bukan hanya tentang mengenal agama lain, tetapi juga tentang merajut masa depan yang lebih baik. Seperti yang pernah dikatakan oleh Gus Dur, "Tidak penting apapun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu."

Inisiatif ini menjadi bukti bahwa dialog, pengalaman, dan rasa ingin tahu adalah jalan terbaik untuk meruntuhkan tembok perbedaan. Semoga semangat ini terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk menjaga harmoni dalam keberagaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun