Deskripsi tentang pesantren ini memperkaya pemahaman tentang lingkungan yang menyambut rombongan Kanisius. Pesantren Nur el Falah terletak di sebuah desa kecil di pinggiran Yogyakarta. Bangunannya sederhana namun penuh arti. Aula utama berdiri megah dengan ukiran kaligrafi di dindingnya, sementara asrama santri dipenuhi dengan suasana kehangatan dan kesederhanaan.
Setiap sudut pesantren memancarkan nilai-nilai Islam yang damai dan inklusif. Tidak heran jika banyak santri di sini berasal dari berbagai latar belakang, termasuk non-Muslim yang belajar untuk memahami Islam secara mendalam.
Momen Berharga: Puisi dan Refleksi
Pada malam terakhir ekskursi, diadakan sesi refleksi bersama. Gabriel, yang awalnya canggung, membaca sebuah puisi yang ia tulis berdasarkan pengalamannya:
"Di bawah langit pesantren
Aku temukan makna persaudaraan
Tak peduli iman yang berbeda
Cinta kasih tetap ada.
"Di hati manusia, kita sama
Mencari damai, mencari cahaya
Pesantren ini bukan sekadar tempat
Tapi rumah bagi harmoni yang erat."
Puisi ini diiringi tepuk tangan meriah, menandai akhir dari perjalanan yang penuh makna.
Penutup: Merajut Masa Depan yang Lebih Baik
Ekskursi Kanisius di Pesantren Nur el Falah bukan hanya tentang mengenal agama lain, tetapi juga tentang merajut masa depan yang lebih baik. Seperti yang pernah dikatakan oleh Gus Dur, "Tidak penting apapun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu."
Inisiatif ini menjadi bukti bahwa dialog, pengalaman, dan rasa ingin tahu adalah jalan terbaik untuk meruntuhkan tembok perbedaan. Semoga semangat ini terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk menjaga harmoni dalam keberagaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H