Mohon tunggu...
Christhio G
Christhio G Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal Kaum Minoritas di Jepang

21 Mei 2015   20:52 Diperbarui: 7 Juli 2015   12:58 1912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_418985" align="aligncenter" width="560" caption="ilustrasi/wikipedia.org/wiki/Berkas:AinuGroup.JPG"][/caption]

 

Jujur saja sebelum saya membaca buku-buku tentang kehidupan di Jepang, saya selalu mengira Jepang itu sebuah negara homogeneous. Negara yang hanya memiliki orang yang berciri-ciri Jepang (hanya satu jenis dalam budaya, etnis, dan bahasa) dan beberapa turis-turis dari berbagai negara. Tetapi kenyataan yang ada di lapangan ialah mereka mempunyai kelompok minoritas yang bisa dibilang jumlahnya lumayan banyak.  Dengan kata lain, negara Jepang bukan negara homogeneous tetapi terdiri dari berbagai suku, etnis, bahasa, budaya yang berbeda dari Tokyo atau Osaka. Di artikel kali ini, saya ingin membagikan sedikit tentang beberapa kelompok itu.

1. Ainu

Suku Ainu memiliki bahasa dan kultur yang berbeda dari mainstream orang Jepang. Mereka dijajah oleh orang Jepang (abad ke-19): tanah mereka diambil secara paksa, dilarang meneruskan tradisi Ainu ke anak mereka, dan dipaksa untuk bergabung dan menyerap budaya dominan Jepang. Sekarang mereka sudah menjadi bagian dari Jepang. Suku Ainu berasal dari pulau yang sekarang dikenal dengan nama Hokkaido. Suku Ainu adalah suku asli pulau Hokkaido, tetapi setelah dijajah oleh Jepang, mereka diperlakukan sebagai ras rendahan. Pemerintahan Jepang sempat menolak keberadaan minoritas suku Ainu, tetapi pada tahun 2008 (sebelum pertemuan G8), Jepang akhirnya mengakui Ainu sebagai suku asli pulau Hokkaido.

Dulunya, orang-orang Ainu mempunyai fisik yang berbeda dari kebanyakan orang Jepang. Salah satu cirinya ialah lebih banyak rambut dan lebih tinggi. Tetapi setelah lebih dari satu abad bercampur dan menikah dengan orang Jepang, mereka sekarang enggak beda-beda banget dengan orang Jepang. Sekarang, kebanyakan suku Ainu sudah bercampur dengan masyarakat Jepang dalam bahasa dan kultur. Salah satu alasannya ialah murid-murid Ainu dan Okinawan dilarang memakai bahasa mereka (yang sangat berbeda dengan bahasa Jepang), mereka dipaksa memakai 'standard bahasa Jepang'.

2. Okinawans

Orang dari pulau Okinawa juga mempunyai budaya mereka sendiri (Okinawan Shinto, bahasa, dan tradisi). Dulunya pulau Okinawa dinamakan kerajaan Ryukyu pada abad ke-15. Tetapi, mereka diserang pada era Edo dan pada tahun 1879, pemerintahan Meiji menambahkannya ke Jepang. Setelahnya, mereka menerima perlakuan tidak adil dibawah pemerintahan Jepang. Pada akhir perang dunia II, banyak dari mereka tewas melawan pasukan Amerika Serikat. Dan karena kekalahan negara Jepang, pulau Okinawa berada dibawah Amerika Serikat sampai akhirnya dikembalikan pada tahun 1972. (baca dari kesaksian penyintas)

Sama dengan orang Ainu, Okinawa mempunyai budaya dan bahasa yang berbeda dengan orang Jepang. Tetapi mereka diharuskan mempelajari bahasa Jepang di sekolah-sekolah Okinawa. Setelah berusaha mendapatkan pengakuan bahwa mereka mempunyai bahasa dan budaya yang berbeda dari Jepang, akhirnya pada tahun 2009 UNESCO mengakui bahasa Ryukyuan/Okinawa. Sebelumnya, bahasa mereka dianggap sebagai dialek Jepang bukan sebuah bahasa.

3. Burakumin

Burakumin adalah orang Jepang asli yang di diskriminasi karena mereka diyakini berasal dari keturunan orang terbuang (pada masa regime Tokugawa). Alasan mereka di diskriminasi dan dibedain dari orang Jepang pada umumnya ialah karena mereka menyembelih binatang selama masa pemerintahan Tokugawa. Dimana pasa masa itu, menyembelih hewan merupakan perbuatan tidak suci menurut kepercayaan agama Buddha. Tentunya, pada tahun 1871, sistem feudal sudah dibubarkan dan tidak ada lagi yang namanya kelas buangan. Tetapi, sampai sekarang masih aja mereka di diskriminasi.

Contoh diskriminasi pada Burakumin: misalnya sebelum menikah, orang tua bakal mengecek apakah calon menantu lelaki atau perempuan mempunyai latar belakang burakumin. Jika ada, mereka bakal mencoba untuk memutuskan hubungan putra/putri mereka.

Ini terjadi karena pemerintah Jepang menyimpan catatan silsilah keluarga, dan pada saat itu status lama sebagai grup terbuang tercatat disana. Perlu dicatat, burakumin ialah orang Jepang asli tetapi karena mereka dulunya ikut berpartisipasi dalam perbuatan "tidak suci", ternodai. Jadi, keturunan mereka juga terkena diskriminasi. Sekarang, banyak keturunan burakumin tidak tahu kalau mereka punya latar belakang burakumin.

4. Zainichi Koreans

Jepang menjajah semenanjung Korea dan menambahkan ke negara Jepang pada tahun 1910. Jepang menjajah tanah dan juga sumber daya di Korea. Selama perang dunia kedua, banyak pria Korea dipaksa untuk bekerja di Jepang. Saat Jepang kalah pada perang dunia kedua, banyak dari orang Korea balik ke kampung halaman mereka pada tahun 1945. Tetapi ada orang-orang yang tetap tinggal di Jepang. 'Zainichi Koreans' merujuk pada mereka-mereka yang tetap tinggal di Jepang.

Zainichi Koreans memiliki 'special permanent residency' status yang berbeda dari orang Jepang. Dengan kata lain, mereka bukan warga negara Jepang secara penuh. Berbeda dengan Ainu, Okinawans, dan burakumin yang berkewarganegaraan Jepang. Zainichi Koreans mempunyai budaya etnis tersendiri.

Mereka sudah berada di Jepang lebih dari setengah abad, dan sudah mempunyai generasi ketiga dan keempat. Mereka sudah membentuk identitas sendiri yang berbeda dengan Korea di semenanjung Korea sekarang. Meskipun sudah tidak bisa berbicara bahasa ibu mereka sendiri lagi, perlakuan diskriminasi tetap terjadi pada mereka jika orang-orang tahu mereka bukan orang Jepang asli (pemerintah Jepang menentukan warga negara Jepang berdasarkan darah).

5. Pekerja Asing

Jepang pada tahun 1980 terkenal dengan kemajuan ekonomi yang pesat. Sampai-sampai cara kerja mereka dipraktikan di negara-negara lain. Kemajuan ekonomi mereka pun berhenti pada saat krisis ekonomi Asia tahun 1997. Karena tahun 1980 sedang boomingnya ekonomi Jepang, banyak dari orang Jepang mengira mereka sudah masuk kategori kelas menengah. Jadi, banyak dari mereka sudah berhenti melakukan pekerjaan 3D (dirty, difficult, and dangerous jobs) (kotor, sulit, dan berbahaya).

Contohnya: pekerjaan konstruksi bangunan. Jadi, banyak pekerja asing yang datang ke Jepang mengerjakan pekerjaan 3D (untuk pria), dan pekerja seks atau industri pelayanan (untuk wanita). Mereka biasanya datang dari negara-negara yang lebih miskin. White-collar workers (pekerja kerah putih) asing tidak termasuk dalam kategori ini.

6. Japanese Brazilians

Japanese Brazilians adalah orang yang berkewarganegaraan Brazil, tetapi keturunan Jepang. Dikarenakan sejak sekitar tahun 1900, banyak dari orang Jepang beremigrasi ke Brazil. Banyak dari Japanese Brazilian yang tertarik untuk bekerja di Jepang karena krisis ekonomi di Brazil membuat orang-orang keluar untuk mencari pekerjaan di negara lain. Umumnya, Japanese Brazilians bekerja di perusahaan dengan gaji rendah (contoh: kuli bangunan)

7. Half Japanese

Half Japanese adalah keturunan dari campuran orang Jepang dan orang dari negara lain dikarenakan globalisasi. Contohnya: American-Jepang, Perancis-Jepang, Rusia-Jepang. Mereka ada yang dilahirkan dan dibesarkan di Jepang, ada juga yang dibesarkan di luar Jepang. Half Japanese di mata orang Jepang dilihat sebagai orang keren dan "global" (bisa diartikan: punya status yang lebih tinggi).

Semoga setelah membaca artikel ini, kita menjadi sadar akan adanya kelompok minoritas di Jepang. Selanjutnya, silahkan baca artikel aslinya pada link dibawah ini (artikelnya gratis loh!).

Sumber untuk artikel ini:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun