Untuk sementara "gangguan" bisa di atasi. Suasana kondusif sampai babak kedua berakhir. Masih imbang, sehingga pertandingan butuh perpanjangan waktu. Diluar, hujan semakin deras, anginnya mulai kencang, meski petir yang dikuatirkan tidak datang. Namun, lama-lama, gambar di tivi bergoyang, warnanya mulai menghilang. Menjadi hitam putih. Paknethole merutuk, tapi masih memaksakan. Sampai akhirnya gambar betul-betul hanya tinggal bayang-bayang. Meski suaranya masih kedengaran.
Barep : " Ayah..ayah, kok bolanya ilaaaangg..?"
Ragil : " Ayah..ayah.ayah.ayah...kok...bulesss...?"
Pakne : " Iya nih...gara-gara hujan..., kacauu..deh..!"
Barep + Ragil : " Kacauuuu......deeeeehhhh".
Dari dapur, rupanya ada yang diam-diam menguping. Dan setengah meledek, suaranya terdengar.
Mama (bune) : " Hi..hi..hi, kacau nih...ye..."
Paknethole sebal. Dia penasaran dan beranjak keluar teras. Ternyata benar apa yang dia duga. Antena lamanya, sudah "sengkleh", rupanya tertiup angin kencang. Hujannya juga jelas tidak mau berkurang.
Pakne : " Yachhh....apes...deh....Antenanya...lepas".
Barep+Ragil+Bune : " Apess...nih....yeeeee...".
Barep, Ragil dan Bune (mama) beranjak tidur. Sedangkan Paknethole tetap sabar "mendengar"kan siaran televisi. Sampai akhirnya pertandingan harus diakhiri dengan adu penalti. Garuda Muda harus kalah dari Harimau Malaya. Dalam lesu, Paknethole masih dengar suara-suara tivi : ...dewi....fortuna...dewi...fortuna.