Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Invasi Rusia ke Ukraina, Puncak dari Paranoia Putin?

15 Maret 2022   16:42 Diperbarui: 17 Maret 2022   18:45 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti pada perang dingin sebelumnya, Rusia lebih memiliki hubungan dekat dengan negara-negara sekutu komunisnya seperti China dan Korea Utara. Selain itu, Rusia juga memiliki hubungan dekat dengan Iran dan rezim Bashar Al-Assad di Suriah. 

Keempat negara yang merupakan sekutu Rusia tersebut merupakan negara yang memiliki hubungan yang cukup panas dengan negara-negara blok barat khususnya Amerika Serikat. 

Tak heran jika terjadi suatu konflik kecil antara negara blok barat dengan keempat negara tersebut, Rusia pasti akan langsung memasang badan untuk membela. Sehingga seringkali menimbulkan ancaman dan kekhawatiran Internasional.

Perang sipil Suriah adalah contoh paling nyata akan kekuatan dari intervensi Rusia. Sejak tahun 2015, Putin memutuskan untuk turut serta dalam perang berdarah ini dengan mengirimkan bantuan militer berupa pesawat, tank, dan persenjataan lainya. 

Selain itu, Putin juga mengirimkan ribuan tentara khusus untuk membantu pasukan Suriah dibawah pemerintahan Bashar Al-Assad dalam rangka melawan pemberontak Suriah atau FSA (Free Syrian Army). 

Dalam perang ini, FSA didukung oleh negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis hingga Turki. Tak heran jika seringkali tanpa disengaja, militer Rusia berkonfrontasi dengan militer dari pihak sekutu FSA tersebut. 

Perang Suriah ini dapat dianggap sebagai perang “ antar blok” terbesar setelah perang Korea, perang 6 hari dan perang Vietnam dimana pada ketiga perang tersebut.

Negara-negara blok barat dan timur masing-masing melakukan intervensi dan memberikan bantuan kekuatan militer kepada kedua pihak yang saling bertikai.

Kembali ke Ukraina.Sejak tahun 2008, Ukraina memang membuat panas Vladimir Putin dan pejabat Rusia lainya setelah mereka lebih memilih untuk dekat dengan EU dan NATO. 

Ketika Volodimir Zelenskiy terpilih sebagai Presiden Ukraina, hubungan panas dengan Ukraina dengan Rusia mencapai puncaknya karena Rusia menganggap Ukraina tinggal setapak lagi untuk bergabung dengan NATO. 

Bagi Vladimir Putin, ini adalah sebuah ancaman besar bagi Rusia karena jika Ukraina bergabung dengan NATO, akan membuka sebuah potensi bagi negara-negara NATO dan sekutunya termasuk Amerika Serikat untuk membangun fasilitas dan kekuatan militer di Ukraina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun