Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andai Biden Menang, Apakah Dunia Akan Berubah Menjadi Lebih Baik?

6 November 2020   17:25 Diperbarui: 6 November 2020   18:22 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joe Biden | Sumber: cnnindonesia.com

Judul di atas adalah sebuah pertanyaan yang ada di pikiran semua orang di seluruh dunia ketika mengetahui hasil Pilpres 2020 antara Petahana Donald Trump melawan Joe Biden yang dilaksanakan pada hari ini tanggal 4 November 2020 dan hasil resmi mengumumkan bahwa Joe Biden resmi memenangi Pilpres 2020 setelah melakukan perhitungan melalui Quick Count setelah unggul tipis dengan presentase 51% untuk Biden dan 49 % untuk Trump dimana Biden unggul 2 juta suara, sekaligus secara non-resmi menjadikan Biden sebagai Presiden Amerika Serikat menggantikan Donald Trump.

Semenjak Trump memenangi Pilpres 2016 dan terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-45 menggantikan Barack Obama, langit mendung segera menyelimuti negeri Paman Sam tersebut. 

Kebijakan-kebijakan Donald Trump yang berbau rasisme dan diskriminasi seperti menutup perbatasan dengan Meksiko, melarang dan memblacklist orang-orang dari negara Timur Tengah seperti Yaman, Suriah, Afghanistan, dan Irak, mengakui Israel sebagai negara serta pernyataan-pernyataanya yang seringkali menyerang dan mendiskriminasi agama Muslim serta orang non kulit putih lainya seakan membawa sebuah kemunduran besar bagi negara Amerika Serikat. 

Selama 4 tahun lamanya, masyarakat Amerika Serikat dibuat menderita dengan berbagai kebijakan-kebijakan Donald Trump. Bahkan pada Januari 2020, Trump sempat mengguncangkan dunia ketika dia mengumumkan bahwa Amerika Serikat berhasil membunuh Pemimpin Militer Iran, Jenderal Qassem Suleimani melalui serangan drone ketika sang Jenderal baru saja mendarat di Irak. 

Tragedi pembunuhan tersebut adalah puncak dari hubungan panas antara Iran dengan Amerika Serikat yang pada akhirnya sempat membuat Perang Dunia III hampir saja terjadi. Beruntunglah, pandemi Covid 19 yang melanda dunia berhasil menghentikan ancaman dan kengerian Perang Dunia III tersebut.

Kehadiran Joe Biden dari Partai Demokrat yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Barrack Obama dan kini muncul sebagai pihak oposisi untuk menantang Donald Trump dari Partai Republik segera membawa angin segar untuk publik Amerika Serikat yang haus akan perubahan. 

Kebijakan-kebijakan Donald Trump yang kontroversial segera dimanfaatkan oleh Joe Biden untuk menyerang lawan politiknya dan dijadikan ajang kampanye dari Biden sendiri yang berjanji untuk "menyingkirkan" kebijakan Trump yang selama ini dianggap "non-manusiawi". 

Dalam setiap kampanye pula, Biden dan sang cawapres Kamilla Harris seringkali mengedepankan hal tentang toleransi dan keberagaman yang selama ini tidak pernah terwujud oleh pemerintahan Trump. Bahkan dalam beberapa kesempatan kampanye, Biden seringkali mengucapkan "Inshaallah" dalam pidato kampanyenya. Bahkan, Biden berjanji akan memperkejakan banyak orang Muslim di pemerintahanya apabila beliau terpilih menjadi nanti.

Kampanye "cerdas" Biden tersebut seketika mengundang banyak dukungan publik dari masyarakat sipil, politisi hingga aktor dan aktris papan atas. Pertanyaanya adalah apakah jika Biden benar-benar resmi menjadi Presiden, apakah segalanya akan berjalan menjadi baik ? Apakah "angin segar" itu berhasil terhembus?

Berbicara tentang Joe Biden, sosok ini bukanlah sosok yang cukup baru dalam dunia perpolitikan di Amerika Serikat. Dalam usia 28 tahun, Biden terpilih menjadi anggota dari Newcastle County Council hingga menjadi Komite Hubungan Luar Negeri Senat dari tahun 2001 hingga 2009. 

Pada saat menjabat sebagai Komite Hubungan Luar Negeri Senat inilah, Biden memiliki sebuah "catatan hitam" dimana Biden menjadi sosok yang menyetujui dan mendukung rencana invasi Irak pada tahun 2003 yang digagas oleh George Bush, Presiden Amerika Serikat saat itu untuk menjatuhkan pemerintahan diktator Saddam Hussein dengan alasan bahwa Irak memiliki "senjata pemusnah massal" meskipun hingga sekarang tidak terbukti kebenaranya. 

Pada akhirnya, Invasi Irak tahun 2003 tersebut berhasil menjatuhkan Saddam Hussein (yang kemudian dieksekusi oleh Mahkamah Internasional) dengan mengorbankan nyawa ribuan prajurit marinir Amerika Serikat dan Ratusan ribu penduduk sipil Irak. Hingga kini, Irak menjelma menjadi "negara gagal" dengan kekacauan ekonomi dan keamanan nasional dimana banyak sekali kejadian teror bom bunuh diri dan serangan bersenjata yang lainya yang telah menelan banyak nyawa tersebut. 

Bukan hanya itu, kekacauan di Irak telah melahirkan suatu "organisasi teroris" yang cukup mengerikan di dunia ini yang bernama ISIS. Apa yang dilakukan Biden ini tentu saja telah meninggalkan trauma yang cukup mendalam untuk masyarakat Irak dan umat muslim lainya. Sehingga banyak yang menganggap kebijakan Biden untuk "menggandeng" umat Muslim hanyalah "percitraan" semata untuk menutupi jejak kesalahanya di masa lalu.

Selain itu, Biden juga ditenggarai memiliki sifat rasisme terhadap orang berkulit hitam. Pada Mei lalu, Joe Biden juga membuat kontroversi karena berkata seorang pemilih kulit hitam bukanlah bagian dari rasnya jika tidak mencoblos Biden. "Kamu bukan orang kulit hitam!" ujar Joe Biden ke seorang audiensi. Biden kemudian minta maaf. 

Bukan hanya itu, Biden pernah memanggil reporter CBS yang berkulit hitam dengan sebutan "Junkie" dalam wawancara pada tahun 2017. Ini adalah sesuatu yang ironis mengingat Biden selalu mengedepankan "toleransi dan keberagaman". Ditambah lagi, Amerika Serikat juga sedang dalam masalah rasial setelah terjadi suatu insiden kematian seorang pria berkulit hitam yang lehernya diduduki oleh polisi berkulit putih. Sehingga Biden harus menjadikan ini sebagai pekerjaan serius di pemerintahanya. 

Terkait dengan kebijakanya yang ingin melonggarkan pembatasan masuk imigran dan memperbaiki hubunganya dengan China serta Iran pastinya akan menimbulkan banyak kontra dari publik Amerika Serikat terlebih China dan Iran merupakan musuh bebuyutan dari Amerika Serikat sejak dasawarsa lamanya. 

Selain itu, kedekatanya dengan China akan menjadi sebuah mimpi buruk untuk Hongkong, Taiwan, Filipina, Vietnam, dan juga Indonesia karena itu dapat menyebabkan China semakin leluasa untuk "menganggu" kestabilan keamanan dan perbatasan di negara-negara tersebut. 

Terlebih sebelumnya, Trump adalah sosok yang sangat "berani" terhadap China sehingga Trump dijadikan sebagai "pelindung" oleh negara-negara tersebut untuk menghadapi China. Oleh karena itu, "melembeknya" Biden terhadap China dipastikan akan semakin menambah tensi antara China dengan negara-negara yang disebutkan di atas termasuk Indonesia.

Lalu terkait dengan masalah Yerussalem dan Israel. Setelah sebelumnya Biden mengatakan bahwa akan "merangkul" umat Muslim, yang menjadi pertanyaanya adalah apakah Biden berani menutup Kedubes Amerika Serikat yang sebelumnya sudah dibuka oleh Trump? Lalu bagaimana pandangan dan kebijakan Biden terhadap konflik Israel-Palestina? 

Akan sulit bagi Biden untuk tidak memihak Israel mengingat negara tersebut telah berjasa besar untuk pengaruh dan kekuatan Amerika Serikat di Timur Tengah. Jika ingin dianggap berpihak, Biden diprediksi akan banyak melakukan negosiasi dan pertemuan antara Israel-Palestina yang pernah dilakukan oleh Bill Clinton. 

Terkait dengan Covid, terpilihnya Biden sepertinya akan membawa harapan besar untuk penanganan Covid-19 di negara tersebut yang sebelumnya sangat kacau dan tanpa koordinasi pada era Trump yang seperti tidak siap dan meremehkan virus yang telah merenggut 235.000 nyawa penduduk Amerika Serikat. Obama Care, sebuah "Organisasi" Kesehatan dan Obat-obatan milik Obama yang sempat dipangkas oleh Trump diprediksi akan dilanjutkan kembali oleh Biden dan mempercepat produksi vaksin serta obat-obatan yang dapat menyembuhkan virus Covid 19 di negara tersebut.

 Sekian adalah prediksi dari wujud Amerika Serikat dan juga pengaruhnya ke dunia. Terlepas dari apakah Biden bisa membuat sebuah perubahan yang lebih baik atauvtidak ?? Setidaknya kita berharap pemerintahan Biden bisa membantu mempercepat kestabilan ekonomi dan juga pengendalian Covid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun