Pada akhirnya, Invasi Irak tahun 2003 tersebut berhasil menjatuhkan Saddam Hussein (yang kemudian dieksekusi oleh Mahkamah Internasional) dengan mengorbankan nyawa ribuan prajurit marinir Amerika Serikat dan Ratusan ribu penduduk sipil Irak. Hingga kini, Irak menjelma menjadi "negara gagal" dengan kekacauan ekonomi dan keamanan nasional dimana banyak sekali kejadian teror bom bunuh diri dan serangan bersenjata yang lainya yang telah menelan banyak nyawa tersebut.Â
Bukan hanya itu, kekacauan di Irak telah melahirkan suatu "organisasi teroris" yang cukup mengerikan di dunia ini yang bernama ISIS. Apa yang dilakukan Biden ini tentu saja telah meninggalkan trauma yang cukup mendalam untuk masyarakat Irak dan umat muslim lainya. Sehingga banyak yang menganggap kebijakan Biden untuk "menggandeng" umat Muslim hanyalah "percitraan" semata untuk menutupi jejak kesalahanya di masa lalu.
Selain itu, Biden juga ditenggarai memiliki sifat rasisme terhadap orang berkulit hitam. Pada Mei lalu, Joe Biden juga membuat kontroversi karena berkata seorang pemilih kulit hitam bukanlah bagian dari rasnya jika tidak mencoblos Biden. "Kamu bukan orang kulit hitam!" ujar Joe Biden ke seorang audiensi. Biden kemudian minta maaf.Â
Bukan hanya itu, Biden pernah memanggil reporter CBS yang berkulit hitam dengan sebutan "Junkie" dalam wawancara pada tahun 2017. Ini adalah sesuatu yang ironis mengingat Biden selalu mengedepankan "toleransi dan keberagaman". Ditambah lagi, Amerika Serikat juga sedang dalam masalah rasial setelah terjadi suatu insiden kematian seorang pria berkulit hitam yang lehernya diduduki oleh polisi berkulit putih. Sehingga Biden harus menjadikan ini sebagai pekerjaan serius di pemerintahanya.Â
Terkait dengan kebijakanya yang ingin melonggarkan pembatasan masuk imigran dan memperbaiki hubunganya dengan China serta Iran pastinya akan menimbulkan banyak kontra dari publik Amerika Serikat terlebih China dan Iran merupakan musuh bebuyutan dari Amerika Serikat sejak dasawarsa lamanya.Â
Selain itu, kedekatanya dengan China akan menjadi sebuah mimpi buruk untuk Hongkong, Taiwan, Filipina, Vietnam, dan juga Indonesia karena itu dapat menyebabkan China semakin leluasa untuk "menganggu" kestabilan keamanan dan perbatasan di negara-negara tersebut.Â
Terlebih sebelumnya, Trump adalah sosok yang sangat "berani" terhadap China sehingga Trump dijadikan sebagai "pelindung" oleh negara-negara tersebut untuk menghadapi China. Oleh karena itu, "melembeknya" Biden terhadap China dipastikan akan semakin menambah tensi antara China dengan negara-negara yang disebutkan di atas termasuk Indonesia.
Lalu terkait dengan masalah Yerussalem dan Israel. Setelah sebelumnya Biden mengatakan bahwa akan "merangkul" umat Muslim, yang menjadi pertanyaanya adalah apakah Biden berani menutup Kedubes Amerika Serikat yang sebelumnya sudah dibuka oleh Trump? Lalu bagaimana pandangan dan kebijakan Biden terhadap konflik Israel-Palestina?Â
Akan sulit bagi Biden untuk tidak memihak Israel mengingat negara tersebut telah berjasa besar untuk pengaruh dan kekuatan Amerika Serikat di Timur Tengah. Jika ingin dianggap berpihak, Biden diprediksi akan banyak melakukan negosiasi dan pertemuan antara Israel-Palestina yang pernah dilakukan oleh Bill Clinton.Â
Terkait dengan Covid, terpilihnya Biden sepertinya akan membawa harapan besar untuk penanganan Covid-19 di negara tersebut yang sebelumnya sangat kacau dan tanpa koordinasi pada era Trump yang seperti tidak siap dan meremehkan virus yang telah merenggut 235.000 nyawa penduduk Amerika Serikat. Obama Care, sebuah "Organisasi" Kesehatan dan Obat-obatan milik Obama yang sempat dipangkas oleh Trump diprediksi akan dilanjutkan kembali oleh Biden dan mempercepat produksi vaksin serta obat-obatan yang dapat menyembuhkan virus Covid 19 di negara tersebut.
 Sekian adalah prediksi dari wujud Amerika Serikat dan juga pengaruhnya ke dunia. Terlepas dari apakah Biden bisa membuat sebuah perubahan yang lebih baik atauvtidak ?? Setidaknya kita berharap pemerintahan Biden bisa membantu mempercepat kestabilan ekonomi dan juga pengendalian Covid.