Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bosporus Dreams (Bab V: Natal, 25 Desember 1965)

21 Oktober 2020   22:10 Diperbarui: 21 Oktober 2020   22:22 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istanbul Sumber: travel.com

25 Desember 1965, hari ini adalah hari yang mungkin dapat dikatakan cukup “suci” untuk seluruh umat manusia di dunia khusunya bagi mereka yang beragama Kristiani, mungkin tanpa saya beritahu, kalian sudah seharusnya paham apa yang dimaksud dengan hari tersebut.

Yap, hari ini adalah hari “natal”, sebuah hari yang suci karena kita sebagai umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus Kristus yang merupakan “Manusia Kudus” yang diutus oleh Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia.

Jika biasanya kami merayakan natal di kota New York, namun kali ini kami merayakan natal di sebuah negara yang sangat jauh dari tanah kelahiran kami. Meskipun saya menyandang status sebagai seorang “Kristiani” tetapi saya tidak pernah merasa sebagai soerang “Kristiani” karena saya adalah seorang yang jarang sekali untuk berdoa dan mengunjungi gereja.

Bukan karena saya tidak percaya adanya Tuhan, tetapi bagi saya, berdoa dan pergi ke gereja bukan satu-satunya cara untuk menonjolkan identitas sebagai “Kristiani”. Karena hanya dengan berbuat baik dengan semua orang dan tidak pernah melakukan perbuatan tercela itu sudah cukup untuk menunjukan nilai “Kristiani” yang sebenarnya.

Namun, kali ini untuk pertama lainya dalam enam tahun terakhir, saya datang ke gereja untuk berdoa dan merayakan natal. Alasan saya untuk datang ke gereja adalah karena adanya suatu “paksaan” dari Duta Besar Amerika Serikat di Istanbul kepada kami seluruh mahasiswa asal Amerika Serikat untuk datang ke gereja dan merayakan hari natal di sana.

Alasan dari adanya perintah untuk pergi ke Gereja adalah karena status negeri kami sendiri yang merupakan “Negeri Kristiani” terbesar di dunia meskipun saya tidak setuju dengan status tersebut. Mengapa?

Karena agama Kristiani yang dianut oleh hampir seluruh masyarakat Amerika Serikat hanyalah sebatas sebagai “identitas individual” saja sedangkan untuk kehidupan sehari-hari hampir banyak yang benar-benar mempraktekan makna dan ajaran dari agama Kristiani yang sebenarnya termasuk saya sendiri.

Memang, ada sebagian besar yang benar-benar mempraktekan ajaran agama Kristiani dalam kehidupan sehari mereka dan itu pun kebanyakan hanya dijumpai di wilayah selatan dimana kebanyakan adalah orang Hispanik yang terkenal dengan kereligiusan mereka serta beberapa kota di beberapa bagian wilayah yang didominasi oleh orang-orang dengan ras berkulit hitam yang terkenal dengan Gospel-nya.

Lalu apakah orang berkulit putih seperti saya pada umumnya tidak taat dengan agama ? tentu saja tidak bisa disama ratakan seperti itu, masih banyak yang berpegang teguh dengan kepercayaan agamanya dan kali ini saya harus kembali ke suatu “rumah” dimana keyakinan saya dimulai. 

Waktu sudah menunjukan jam 7 pagi, di tengah cuaca yang sangat dingin, kami memasuki halaman gereja yang akan menjadi tempat kami untuk berdoa dan merayakan natal. Sebelum masuk, saya melihat sisi luar dari gereja ini dan jujur saya pun cukup terpukau dengan keindahan dan kemegahan dari arsitektur yang disuguhkan gereja ini.

Kekaguman saya semakin bertambah ketika memasuki gereja dan melihat sisi dalam gereja yang sangat luar biasa sekali. Melihat kemegahan yang ditawarkan gereja ini membuat saya seolah terbang kembali ke masa kejayaan kerajaan Konstantinopel yang pernah berkuasa di negeri ini selama ratusan tahun lamanya.

Ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa dan saya cukup terkagum dengan bagaimana Turki yang sekarang didominasi oleh masyarakat beragama Muslim tetap melestarikan berbagai objek dan simbol agama dari kerajaan yang pernah menjadi musuh mereka dalam pertempuran besar demi memperebutkan negara ini.

Saya seolah tersadar bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang lebih besar dibandingkan dengan cinta kasih dan toleransi, 2 hal yang mungkin hanya terucap di mulut dan retorika belaka tanpa pernah dilakukan oleh manusia pada umumnya.. 

Beberapa jam kemudian, kebaktian dimulai dengan dipimpin langsung oleh Pastor dengan berdoa mengucapkan Bahasa Turki yang cukup sangat sulit untuk kami pahami. Akan tetapi, itu tidak masalah bagi kami karena kami tetap bisa merasakan kekhusyukan dalam berdoa dan berliturgi untuk mengenang kelahiran Yesus Kristus.

Dalam suasana berdoa, saya membayangkan tentang berbagai kesalahan dan tabiat buruk yang pernah saya perbuat selama berada di kampung halaman saya, juga tentang penyesalan terbesar bagi saya mengapa saya tidak pernah sekalipun berniat untuk datang ke gereja demi merayakan hari suci ini.

Namun hari ini, segala penyesalan tersebut seolah ditebuskan oleh lantunan doa dan lagu-lagu rohani yang kami nyanyikan di gereja tua ini. Tak lupa juga, saya berdoa untuk keselamatan para prajurit negara kami yang sedang bertaruh nyawa di Vietnam meskipun saya tidak tahu sudah berapa banyak prajurit yang kehilangan nyawanya dan kembali ke negara asal dalam kotak peti mati.

Yang terpenting adalah kita berdoa supaya perdamaian segera terwujud sehingga tidak ada lagi yang kehilangan nyawa secara sia-sia. 

2 jam 30 menit sudah kami mengikuti misa natal ini. Kemudian kami pun bergegas keluar dari dalam gereja. Setelah berada di halaman luar, kami pun saling bersalaman dan mengucapkan selamat natal.

Tak lupa juga, kami bersalaman dengan beberapa umat gereja lainya yang merupakan orang lokal setempat. Setelah selesai bersalaman, Pastur yang memimpin misa kebaktian keluar dari dalam gereja dan menyalami kami sembari bertanya dalam bahasa Inggris: "Darimana kalian berasal ?".

Kemudian saya menjawab : "Dari New York, Amerika Serikat. Kami adalah mahasiswa yang menjadi bagian dari pertukaran pelajar di kota ini selama 6 bulan lamanya."

Mendengar jawaban saya, Pastur tersebut berkata : "Mungkin ini adalah suatu hal yang sangat baru bukan ? Merayakan natal di negara orang lain. Bagaimana dengan kalian ? Apakah kalian cukup kesulitan beradaptasi di kota ini ?" tanyanya sembari tersenyum. 

"Sama sekali tidak, Pastur.. Bahkan kami sudah sangat jatuh cinta dengan keindahan dan kecantikan kota ini serta keramahan penduduknya." Kata Jennifer sembari tertawa.

"Wah, baguslah ! Semoga kalian bisa menikmati kota ini hingga 6 bulan kedepan dan membawa banyak kenangan ketika kalian kembali ke negara kalian kelak." katanya "Baik, kalau begitu saya permisi dulu yah, Selamat Natal !" "Selamat Natal, Pastur !" sahut kami secara kompak. 

Kemudian Josh, salah satu mahasiswa Amerika yang juga dikirim ke kota ini dan juga merupakan ketua Pelajar New York berkata : " Aku baru mendapat surat tadi pagi bahwa nanti malam, kita semua diundang oleh Mr.Maguire untuk Christmast Dinner di kediamanya, apakah kalian bersedia ?" kemudian kami menjawab : " Tentu saja, tetapi apakah kediamanya cukup jauh dari asrama ?".

 "Kalau dilihat di peta berdasarkan alamat yang dikasih, kediamanya terletak di utara Istanul, seharusnya jika menggunakan tram tidak perlu memakan waktu dan jarak tempuh yang cukup banyak." kemudian Josh melanjutkan : " Baiklah kalau begitu, nanti kita bersiap jam 5.30 sore dan sebaiknya kita sekarang cari tempat untuk makan siang terlebih dahulu." Kemudian kami segera berjalan keluar halam gereja diiringi oleh hujan salju yang turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun