Sekilas saya melihat ke arah William, dimana dia tampak murung sembari membaca suratnya, “Apa yang terjadi” tanyaku, kemudian dia pun menjawab : “ Keempat sahabatku baru saja dikirimkan ke Vietnam untuk bertempur disana, aku tidak menyangka bahwa mereka benar-benar mewujudkan mimpinya menjadi prajurit, semoga tidak terjadi apa-apa dengan mereka”.
Mendengar itu, saya menjadi terkejut sekali karena rencana invasi ke Vietnam yang sempat berhembus kencang dalam beberapa bulan terakhir sebelum keberangkatan kami ke Turki ternyata menjadi sebuah kenyataan.
Yap, ternyata sang presiden terhormat memutuskan untuk melakukan “Perang Salib” melawan komunisme di Vietnam, sebuah negara yang hanya saya ketahui melalui buku dan kisah perang Dien Bien Phu yang mengalahkan Prancis 11 tahun silam. Saya hanya berharap supaya Amerika Serikat tidak mengalami nasib yang sama seperti Prancis tapi saya juga tidak berharap supaya perang ini terwujud karena saya tahu akan banyak prajurit muda yang terbunuh di Vietnam nantinya.
Robert kemudian menepuk pundak William dan berkata “ Kau setidaknya beruntung bisa berkuliah di jurusan yang kita ambil sekarang ini dan bisa berada juga di negeri ini, aku tidak bisa membayangkan jika kau akan bertarung hidup di Vietnam nantinya seperti keempat sahabatmu itu.” Kemudian William menghela napas dan berkata : “Aku hanya bingung mengapa negara kita tidak pernah berhenti untuk berperang.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H