Bulan ini tepatnya di Agustus 2020 adalah peringatan 75 tahun jatuhnya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki.
Jatuhnya bom atom di kedua kota tersebut pada tahun 1945 menjadi sebuah penanda berakhirnya Perang Dunia II sekaligus memastikan kekalahan Jepang di Perang Dunia II yang merupakan salah satu konflik terbesar dan menyedihkan dalam sejarah umat manusia yang menelan jutaan korban jiwa prajurit dan rakyat tidak bersalah serta kerusakan besar yang ditimbulkan dan terjadi di semua negara.
Bagi negara Jepang, peristiwa Hiroshima dan Nagasaki ini telah meninggalkan luka dan trauma yang cukup mendalam. Bukan hanya korban jiwa dan kerusakan semata, namun juga telah meninggalkan jutaan korban cacat permanen dan generasi seterusnya yang harus merasakan penderitaan seumur hidup karena bom atom tersebut.
Meskipun, banyak sekali yang beranggapan bahwa bom Hiroshima dan Nagasaki tersebut adalah sebuah karma dan akibat yang harus diterima oleh Jepang karena mereka telah memulai Perang Dunia II dan membantai jutaan orang di daerah jajahanya. Akan tetapi, apa yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki telah meninggalkan sebuah "warisan" yang cukup menakutkan di masa depan dan berimbas kepada kita seperti sekarang ini.
Lalu apa "warisan" yang dimaksud tersebut ? Pada tahun 1945, ketika Perang Dunia II sudah berada di lembaran akhir dan Jepang sudah dalam kondisi terdesak sembari menunggu takdir, Amerika Serikat dan sekutunya merencanakan sebuah rencana invasi besar-besaran terhadap negeri Sakura yang dinamakan Operation Downfall.
Layaknya, seperti apa yang dilakukan oleh mereka terhadap Jerman, Amerika Serikat dan sekutnya berencana untuk melakukan invasi terbesar yang mungkin saja akan terjadi dalam sejarah Perang Dunia II tersebut.
Akan tetapi, meskipun Jepang sudah habis-habisan dalam Perang Dunia II tersebut, mereka diprediksi akan memberikan perlawanan yang sengit untuk mempertahankan tanah air mereka, seperti dengan apa yang dilakukan oleh Jepang di Okinawa meskipun Jepang secara kelengkapan dan suplai senjata telah hancur lebur, tentara Jepang dengan bantuan rakyat lokal Okinawa yang terkenal dengan slogan Bushido dan Banzai-nya ternyata mampu memberikan perlawanan yang sangat sengit terhadap pasukan Amerika Serikat sehingga mampu menimbulkan korban jiwa sebanyak mungkin di pihak Amerika Serikat.
Tentu saja apa yang terjadi Okinawa membuat para petinggi militer Amerika Serikat harus memikirkan konsekuensi yang harus dihadapi jika invasi itu benar terjadi. Diperkirakan 1 juta prajurit Amerika Serikat dan Sekutunya akan tewas dalam invasi ke negeri matahari terbit tersebut.
Untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah dan kengerian dalam membayangkan kematian yang akan dihadapi jutaan prajurit Amerika Serikat tersebut, maka muncullah suatu ide akan solusi supaya Perang tersebut bisa secepatnya berakhir tanpa harus "menyediakan jutaan peti mati" untuk para prajurit yang gugur dalam invasi Jepang nantinya.
Ketika ada seorang ilmuwan yang berhasil menemukan sebuah "rumusan senjata yang mampu mengakhiri perang dalam sekejab", Presiden Amerika Serikat beserta jajaran petinggi militernya segera mengadakan rencana untuk melakukan uji coba tersebut.
Oleh karena itu pada tanggal 16 Juli 1945, di sebuah wilayah gurun kosong nan gersang yang bernama New Mexico di wilayah selatan Amerika Serikat, "senjata" tersebut diuji cobakan. Ketika para petinggi militer Amerika Serikat menyaksikan sendiri efek yang ditimbulkan dari "senjata"tersebut, mereka segera yakin bahwa "Kemenangan telah menjadi milik mereka" dan "Perang telah berakhir".
Oleh karena itu, seorang ilmuwan tersebut akhirnya diijinkan untuk mengembangkan kembali "senjata" tersebut. Sosok ilmuwan adalah Albert Einstein dengan bom atomnya yang kelak akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu ilmuwan terbaik dalam sejarah umat manusia.
Sebulan kemudian di bulan Agustus 1945, hanya "butuh" satu pesawat dari pihak Amerika Serikat untuk menjatuhkan bom atom di pusat kota Hiroshima dan Nagasaki.
Hasilnya adalah bom atom tersebut mampu "meratakan" kedua kota tersebut dan membunuh jutaan rakyat sipil tak berdosa di dalamnya.
Dijatuhkanya bom atom di kedua kota tersebut menyebabkan Jepang pada akhirnya harus bertekuk lutut dan mengumumkan kekalahan mereka di Perang Dunia II.Â
Bagi Amerika Serikat, ini tentu saja sangat kontras dengan rencana invasi mereka yang telah direncanakan selama berbulan-bulan sebelumnya karena kini mereka telah memenangi Perang Dunia II dalam sekejab dan mengakhiri Perang berkepanjangan selama 4 tahun lamanya yang telah merugikan mereka dari banyak hal mulai dari biaya, ratusan ribu nyawa prajurit hingga kehancuran sebagian perangkat militer mereka.
Meskipun Perang Dunia II telah berakhir, bom atom Hiroshima-Nagasaki telah memulai babak baru yang jauh lebih menegangkan dan mengerikan, babak baru tersebut adalah Perang Dingin yang terjadi antara pihak Amerika Serikat dan sekutunya dengan Blok Komunis Uni Soviet, China, Korea Utara  dan negara blok komunis lainya selama 40 tahun lamanya yang juga berpengaruh besar terhadap kondisi perpolitikan di Indonesia seperti peristiwa G 30 S PKI yang berakibat pada kejatuhan Soekarno dan juga persaingan dalan membuat senjata nuklir seperti krisis Kuba tahun 1962. Karena pada intinya, "Perdamaian" hanyalah sementara saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H