Oleh karena itu pada tanggal 16 Juli 1945, di sebuah wilayah gurun kosong nan gersang yang bernama New Mexico di wilayah selatan Amerika Serikat, "senjata" tersebut diuji cobakan. Ketika para petinggi militer Amerika Serikat menyaksikan sendiri efek yang ditimbulkan dari "senjata"tersebut, mereka segera yakin bahwa "Kemenangan telah menjadi milik mereka" dan "Perang telah berakhir".
Oleh karena itu, seorang ilmuwan tersebut akhirnya diijinkan untuk mengembangkan kembali "senjata" tersebut. Sosok ilmuwan adalah Albert Einstein dengan bom atomnya yang kelak akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu ilmuwan terbaik dalam sejarah umat manusia.
Sebulan kemudian di bulan Agustus 1945, hanya "butuh" satu pesawat dari pihak Amerika Serikat untuk menjatuhkan bom atom di pusat kota Hiroshima dan Nagasaki.
Hasilnya adalah bom atom tersebut mampu "meratakan" kedua kota tersebut dan membunuh jutaan rakyat sipil tak berdosa di dalamnya.
Dijatuhkanya bom atom di kedua kota tersebut menyebabkan Jepang pada akhirnya harus bertekuk lutut dan mengumumkan kekalahan mereka di Perang Dunia II.Â
Bagi Amerika Serikat, ini tentu saja sangat kontras dengan rencana invasi mereka yang telah direncanakan selama berbulan-bulan sebelumnya karena kini mereka telah memenangi Perang Dunia II dalam sekejab dan mengakhiri Perang berkepanjangan selama 4 tahun lamanya yang telah merugikan mereka dari banyak hal mulai dari biaya, ratusan ribu nyawa prajurit hingga kehancuran sebagian perangkat militer mereka.
Meskipun Perang Dunia II telah berakhir, bom atom Hiroshima-Nagasaki telah memulai babak baru yang jauh lebih menegangkan dan mengerikan, babak baru tersebut adalah Perang Dingin yang terjadi antara pihak Amerika Serikat dan sekutunya dengan Blok Komunis Uni Soviet, China, Korea Utara  dan negara blok komunis lainya selama 40 tahun lamanya yang juga berpengaruh besar terhadap kondisi perpolitikan di Indonesia seperti peristiwa G 30 S PKI yang berakibat pada kejatuhan Soekarno dan juga persaingan dalan membuat senjata nuklir seperti krisis Kuba tahun 1962. Karena pada intinya, "Perdamaian" hanyalah sementara saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H