Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengenang Tragedi Tian An Men 1989: Perjuangan Menembus Tirani Kediktatoran

6 Juni 2020   13:20 Diperbarui: 6 Juni 2020   13:59 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orasi Demonstran di Tian An Men Sumber : BBC.com

Tragedi Tian An Men adalah salah satu sejarah kelam dalam perjuangan menegakan demokrasi di dunia. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1989 ini menjadi titik awal perjuangan melawan tirani otoriter dan kediktatoran yang bermula dari negeri tirai bambu tersebut yang kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia yang juga memiliki sistem kediktatoran yang mengekang dan merenggut kebebasan masyarakat tersebut. 

Peristiwa ini memperpanjang catatan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh pemerintahan Komunis China yang sudah terjadi sejak jaman Mao Zedong hingga Deng Xiaoping yang akhirnya menjadi sosok paling bertanggung jawab terhadap tragedi kemanusiaan tersebut. Namun, dibalik tumpahnya darah ribuan demonstran, apa yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa tersebut ? 

Lalu apa pula yang menjadi dasar keberanian  ribuan mahasiswa dan warga sipil China lainya untuk melakukan demonstrasi dan perlawanan terhadap pemerintahan komunis China yang terkenal dengan kekejamanya dan ketidak pedulian terhadap nyawa manusia ? Apa saja perubahan yang terjadi di negeri China dalam hal demokrasi dan kebebasan setelah tragedi kelam tersebut ?

Setelah berakhirnya Perang Sipil China pada tahun 1949 antara Kuomintang dibawah pimpinan Chiang Kai-Sek dan Partai Komunis dibawah pimpinan Mao Zedong yang akhirnya dimenangkan oleh pihak komunis , negara China resmi menjadi negara dengan sistem pemerintahan dan tatanan negara yang bersifat komunisme dan otoriter. 

Mao Zedong yang awalnya dianggap sebagai "Bapak Revolusioner" dan pahlawan bagi rakyat China mulai menjelma menjadi mesin pembantai jutaan rakyat China . Layaknya Stalin, Mao Zedong tak segan untuk mengeluarkan perintah dan kebijakan untuk menghilangkan nyawa musuh politiknya bahkan rakyatnya sendiri yang dianggap membahayakan pemerintahanya. 

Kebijakan Mao Zedong yang menerapkan " Revolusi Kebudayaan" dan "Sejuta Lompatan" membawa bencana besar bagi rakyat China, dikarenakan kebijakan tersebut membawa kesengsaraan dan tewasnya jutaan rakyat China akibat kelaparan dan kesehatan yang buruk. Selain itu, China juga menjadi negara tertutup sehingga tidak bisa menerima bantuan apapun dari dunia Internasional. 

Setelah berakhirnya era Mao Zedong, Deng Xiaoping yang merupakan "musuh bebuyutan" Mao Zedong resmi menjadi Presiden RRC pada tahun 1978. Dibawah rezim Deng Xiaoping, China yang sempat menderita dan sengsara dibawah rezim Mao Zedong selama 39 tahun lamanya secara perlahan menjadi negara yang terbuka. 

Hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negara-negara barat mulai terjalin yang tentu saja sangat kontras dengan Mao Zedong yang menganggap negara-negara barat tersebut sebagai musuh besar. 

Selain hubungan diplomatik, barang dan teknologi dari negara-negara barat tersebut mulai masuk ke dalam negara China dan berimbas terhadap perubahan gaya hidup masyarakat China yang mulai dari pakaian, makanan hingga musik.                                        

Deng Xiaoping/Sumber : Amazon.com
Deng Xiaoping/Sumber : Amazon.com
Meski Deng Xiaoping membawa perubahan besar yang cukup positif untuk negeri tirai bambu, ternyata korupsi dan nepotisme langsung berkembang pesat di negeri tersebut. 

Bukan hanya itu, kebebasan masyarakat dan jurnalis serta pers sangat dibatasi dan dikeang oleh propaganda pemerintah yang ingin nama baik pemerintahan China selalu terjaga sehingga masyarakat menjadi sangat takut untuk bersuara dikarenakan terancam pidana atau penculikan oleh aparat. Banyak yang mengatakan bahwa Deng Xiaoping tak ada ubahnya seperti Mao Zedong hanya saja beda topeng dan kebijakan. 

Kemarahan masyarakat China semakin memuncak setelah kematian Hu Yaobang, Sekjen Partai Komunis China yang terkenal sebagai sosok yang menentang dan berseberangan dengan kebijakan Denf Xiaoping selain itu pula, Hu Yaobang juga dikenal dekat dengan kaum aktivis yang menginginkan perubahan dalam sistem pemerintahan sehingga memunculkan banyak spekulasi bahwa Hu Yaobang sengaja dibunuh oleh pemerintah.                                         

Hu Yaobang, Sekjen PKC yang berseberangan. dengan Deng Xiaoping/ Sumber : Asianews.com
Hu Yaobang, Sekjen PKC yang berseberangan. dengan Deng Xiaoping/ Sumber : Asianews.com
Pada tanggal 17 April 1989, ribuan mahasiswa dari seluruh Universitas di Beijing muaki bergerak dan berkumpul di lapangan Tian An Men. Aksi mereka kemudian diikuti pula oleh aktivis lainya yang berasal dari kaum buruh, akademisi, politisi, dan masyarakat sipil lainya yang ingin menyuarakan suara mereka terhadap kondisi negara China yang dipenuhi oleh korupsi, nepotisme , dan ketimpangan sosial serta ekonomi. 

Hingga pada tanggal 13 Mei 1989, jumlah demonstran yang berkumpul di Tian An Men mencapai 300.000 demonstran yang berdatangan dari seluruh penjuru negeri dengan tujuan dan suara yang sama.                                          

Orasi Demonstran di Tian An Men Sumber : BBC.com
Orasi Demonstran di Tian An Men Sumber : BBC.com
Demonstrasi di Tian An Men/ Sumber : BBC.com
Demonstrasi di Tian An Men/ Sumber : BBC.com
Kondisi ini membuat geram kubu pemerintah, dan hasilnya ratusan ribu pasukan militer China dikerahkan ke pusat kota dan lapangan Tian An Men untuk membubarkan massa demonstran. 

Meski demikian, ratusan ribu demonstran tersebut tidak gentar sama sekali terhadap ancaman pasukan tersebut. Malah, jumlah demonstran yang memadati lapangan Tian An Men terus bertambah dan mereka juga menyanyikan lagu-lagu dan orasi yang memprovokasi militer serta kubu pemerintah. 

Aksi demonstrasi ini segera menjadi topik headline news di seluruh dunia bahkan banyak juga tokoh serta politisi dunia yang bersimpati terhadap aksi demonstrasi ini seperti Teresa Teng, penyanyi legendaris wanita asal Taiwan yang menciptakan dan menyanyikan lagu untuk perjuangan para demonstran tersebut.

Melihat aksi ratusan ribu demonstran tersebut membuat pemerintah menjadi habis kesabaranya. Setelah rapat panjang dengan biro pemerintahan, maka mereka memutuskan untuk melakukan operasi "pembersihan" terhadap demonstran tersebut. Pada tsnggal 4 Juni 1989, operasi tersebut dimulai dengan dikerahkanya ratusan tank, mobil brigade, dan tambahan pasukan lainya. 

Ketika pasukan militer melewati jalan-jalan menuju Tian An Men yang diblokade oleh para demonstran, tanpa peringatan terlebih dahulu mereka langsung menembak para demonstran tersebut dengan peluru tajam sehingga mengakibatkan banyaknya mayat yang bergelimpangan di jalan jalan pusat kota dan tank tersebut konon kabarnya juga melindas korban pebembakan tersebut dan mobil-mobil yang digunakan untuk menghalangi gerak laju pasukan.                                          

Tank yang bergerak di jalanan dan foto paling terkenal dibawah ketika pria menghadang gerak laju tank seorang diri/ Sumber : BBC.com
Tank yang bergerak di jalanan dan foto paling terkenal dibawah ketika pria menghadang gerak laju tank seorang diri/ Sumber : BBC.com
Pada tanggal 5 Juni 1989, ribuan pasukan dan tank militer sudah mengepung lapangan Tian An Men beserta ratusan ribu demonstran yang terjebak di dalamnya. Menurut laporan dari para jurnalis Internasional, terjadi pemukulan , penangkapan dan penembakan terhadap para demonstran hingga mengakibatkan lapangan Tian An Men menjadi penuh darah. Setelah serbuan militer, para demonstran kemudian berlari dan menyelamatkan diri hingga ke gedung-gedung universitas.

Hingga kini masih simpang siur terhadap jumlah korban yang tewas dari peristiwa tersebut. Menurut laporan dari Palang Merah China, jumlah korban tewas mencapai 2600 korban jiwa. 

Namun berdasarkan laporan dari Dubes Inggris untuk China, Alan Donald yang mengaku mendapatkan data dari intelijen di lapangan mengatakan bahwa jumlah korban tewas mencapai 10.000 jiwa. Terlepas dari jumlah korban tersebut, tragedi Tian An Men telah berdampak besar terhadap perubahan tatanan dan sistem perpolitikan di China. 

Sejak awal jaman Millenium hingga saat ini, China menjadi negara yang paling tegas dan berani"mengharamkan" praktek korupsi dan nepotisme tersebut. Itu terbukti dari keberanian China dalam melakukan hukuman mati terhadap para koruptor tanpa memandang jabatan koruptor tersebut. 

Hanya saja, dalam praktek demokrasi serta kebebasan masyarakat dan pers dalam menyuarakan pendapat masih cukup dibatasi dan terlarang, terlebih Xi Jinping, sekarang ini malah menetapkan dirinya sebagai "Presiden Seumur Hidup". 

China yang dulu sempat menjalani masa sulit karena dicap sebagai negara beridologi tertutup sekarang menjelma menjadi penguasa ekonomi dunia dan mampu menjadi "musuh terberat" Amerika Serikat dalam hal negeri adidaya.                      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun