Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengenang Tragedi Tian An Men 1989: Perjuangan Menembus Tirani Kediktatoran

6 Juni 2020   13:20 Diperbarui: 6 Juni 2020   13:59 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orasi Demonstran di Tian An Men Sumber : BBC.com

Hingga pada tanggal 13 Mei 1989, jumlah demonstran yang berkumpul di Tian An Men mencapai 300.000 demonstran yang berdatangan dari seluruh penjuru negeri dengan tujuan dan suara yang sama.                                          

Orasi Demonstran di Tian An Men Sumber : BBC.com
Orasi Demonstran di Tian An Men Sumber : BBC.com
Demonstrasi di Tian An Men/ Sumber : BBC.com
Demonstrasi di Tian An Men/ Sumber : BBC.com
Kondisi ini membuat geram kubu pemerintah, dan hasilnya ratusan ribu pasukan militer China dikerahkan ke pusat kota dan lapangan Tian An Men untuk membubarkan massa demonstran. 

Meski demikian, ratusan ribu demonstran tersebut tidak gentar sama sekali terhadap ancaman pasukan tersebut. Malah, jumlah demonstran yang memadati lapangan Tian An Men terus bertambah dan mereka juga menyanyikan lagu-lagu dan orasi yang memprovokasi militer serta kubu pemerintah. 

Aksi demonstrasi ini segera menjadi topik headline news di seluruh dunia bahkan banyak juga tokoh serta politisi dunia yang bersimpati terhadap aksi demonstrasi ini seperti Teresa Teng, penyanyi legendaris wanita asal Taiwan yang menciptakan dan menyanyikan lagu untuk perjuangan para demonstran tersebut.

Melihat aksi ratusan ribu demonstran tersebut membuat pemerintah menjadi habis kesabaranya. Setelah rapat panjang dengan biro pemerintahan, maka mereka memutuskan untuk melakukan operasi "pembersihan" terhadap demonstran tersebut. Pada tsnggal 4 Juni 1989, operasi tersebut dimulai dengan dikerahkanya ratusan tank, mobil brigade, dan tambahan pasukan lainya. 

Ketika pasukan militer melewati jalan-jalan menuju Tian An Men yang diblokade oleh para demonstran, tanpa peringatan terlebih dahulu mereka langsung menembak para demonstran tersebut dengan peluru tajam sehingga mengakibatkan banyaknya mayat yang bergelimpangan di jalan jalan pusat kota dan tank tersebut konon kabarnya juga melindas korban pebembakan tersebut dan mobil-mobil yang digunakan untuk menghalangi gerak laju pasukan.                                          

Tank yang bergerak di jalanan dan foto paling terkenal dibawah ketika pria menghadang gerak laju tank seorang diri/ Sumber : BBC.com
Tank yang bergerak di jalanan dan foto paling terkenal dibawah ketika pria menghadang gerak laju tank seorang diri/ Sumber : BBC.com
Pada tanggal 5 Juni 1989, ribuan pasukan dan tank militer sudah mengepung lapangan Tian An Men beserta ratusan ribu demonstran yang terjebak di dalamnya. Menurut laporan dari para jurnalis Internasional, terjadi pemukulan , penangkapan dan penembakan terhadap para demonstran hingga mengakibatkan lapangan Tian An Men menjadi penuh darah. Setelah serbuan militer, para demonstran kemudian berlari dan menyelamatkan diri hingga ke gedung-gedung universitas.

Hingga kini masih simpang siur terhadap jumlah korban yang tewas dari peristiwa tersebut. Menurut laporan dari Palang Merah China, jumlah korban tewas mencapai 2600 korban jiwa. 

Namun berdasarkan laporan dari Dubes Inggris untuk China, Alan Donald yang mengaku mendapatkan data dari intelijen di lapangan mengatakan bahwa jumlah korban tewas mencapai 10.000 jiwa. Terlepas dari jumlah korban tersebut, tragedi Tian An Men telah berdampak besar terhadap perubahan tatanan dan sistem perpolitikan di China. 

Sejak awal jaman Millenium hingga saat ini, China menjadi negara yang paling tegas dan berani"mengharamkan" praktek korupsi dan nepotisme tersebut. Itu terbukti dari keberanian China dalam melakukan hukuman mati terhadap para koruptor tanpa memandang jabatan koruptor tersebut. 

Hanya saja, dalam praktek demokrasi serta kebebasan masyarakat dan pers dalam menyuarakan pendapat masih cukup dibatasi dan terlarang, terlebih Xi Jinping, sekarang ini malah menetapkan dirinya sebagai "Presiden Seumur Hidup". 

China yang dulu sempat menjalani masa sulit karena dicap sebagai negara beridologi tertutup sekarang menjelma menjadi penguasa ekonomi dunia dan mampu menjadi "musuh terberat" Amerika Serikat dalam hal negeri adidaya.                      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun