Sebuah pintu yang terbuka membuatku kalap. Sial, bukankah sudah kuperintahkan asisten dan bawahanku untuk mengunci ruangan ini dan tidak memperbolehkan siapa pun yang masuk? Semua petugas layaknya tentara menodongkan senjata ke arahku, kemudian aku mengintip dari pintu yang terbuka bahwa semua asistenku mati.
"Hei, katanya kalian sosok moralis yang benci dengan gene editing, tapi bisa-bisanya kalian membunuh manusia demi tujuan kalian? Apa ini yang disebut kemanusiaan?" ejekku sembari marah.
Tiba-tiba, aku ditembak hingga badanku tersengat, lalu aku tak sadarkan diri.
***
Aku membuka mataku perlahan. Aku terkejut mengamati diriku berada di dalam kapsul yang dipenuji cairan berwarna hijau. Aku berusaha berteriak, tetapi mulutku tertutup masker gas.
"Subjek HAN01304 sudah tidak bisa digunakan lagi," ucap seorang wanita yang mengenakan jas laboratorium putih. Di sampingnya juga ada seorang wanita yang bersamanya, Kemudian mereka berdua itu berbalik arah, menatapku dengan tajam. Bukankah itu Profesor Emmanuelle Charpentier dan Jennifer A. Doudna, tokoh-tokoh yang pertama kali menemukan CRISPR dan memenangkan Nobel?
"Sebenarnya Han yang ini genius, sayang aja ambisinya terllau gila," ujar Profesor Charpentier. "Apalagi dia produk gagal karena dia mengalami porfiria, makanya dia enggak bisa keluar dari rumah sebelum waktu malam."
"Jadi apa yang harus kita lakukan terhadapnya?" tanya Profesor Doudna.
"Sudah ada HAN07888 jauh lebih sempurna. IQ-nya jauh lebih tinggi daripada HAN01304, apalagi dia tampan layaknya oppa-oppa Korea."
Tunggu, jadi selama ini, aku juga objek percobaan gene editing? Selama ini, aku pikir akulah satu-satunya penyunting manusia di dunia, tetapi ternyata aku adalam hasil sunting yang merupakan produk gagal?
Profesor Charpentier menekan tombol merah yang terhubung dengan kapsulku. Aku tahu, tombol itu mengisyaratkan sesuatu.