Adapun, situasional yaitu kekerasan seksual terjadi tak mengenal tempat maupun kondisi tertentu, yangmana korban pelecehan seksual dapat berasal dari setiap ras, umur, karakteristik, status perkawinan, kelas sosial, maupun pendidikan, juga tak terbatas pada aktivitas ekonomi.
Self awareness sebagai salah satu jenis kecerdasan emosional dalam hal ini menjadi bagian yang sangat penting diajarkan yangmana agar individu dapat menyadari lingkungan sekitar,tidak melakukan aktivitas sendirian, mempercayai insting mereka, dan mengenal batasan-batasan dengan sekitar sebagai upaya menghindari potensi menjadi korban kekerasan seksual. Ini perlu diajarkan sejak dini, bahkan pada anak-anak yang biasa disebut sex education.
Sehingga, hal ini dapat disimpulkan bahwa, Mahasiswa/i yang umumnya menjadi korban kekerasan seksual adalah mereka yang kurang memiliki self awareness yangmana seringnya menganggap dunia ini isinya hanya orang-orang baik saja. Belum lagi, kenyataan banyaknya pelaku yang menggunakan teknik manipulasi psikologis dan emosional yang cukup sulit dikenali. Seperti, awalnya memancing rasa kasihan dan rasa bersalah pada diri korban yang baik.
Namun, lagi-lagi ini bukan menjadi kesalahan utama terjadinya kekerasan seksual, hanya faktor dari sisi korban yang diharapkan lebih mawas diri. Selain itu, self awareness berkurang karena kondisis psikologis mahasiswa/i yang cukup sibuk mengurusi aktivitas kuliah itu sendiri, dan diperparah normalisasi pelecehan seksual verbal yang masih ada berdalih guyon. Tentulah dalam setiap kejadian kekerasan seksual, pelaku satu-satunya yang harus disalahkan atas tindak kejahatannya dan mendapatkan hukuman.
Tidak Ada Yang Mau Terkena Musibah
Memberikan empati terlebih dahulu kepada orang yang terkena musibah apapun, tentulah lebih baik daripada memberikan judgemental kepada mereka dahulu terkait kenapa musibah tersebut bisa terjadi. Termasuk yang terkena musibah mengalami kekerasan seksual.
Sejatinya, manusia selalu ingin hal-hal baik terjadi kepadanya. Namun, karena dunia ini faktanya juga diisi oleh orang-orang jahat dan manipulatif, membuat korban yang tidak teredukasi bahaya manipulasi sejak dini di lingkungan rumahnya menjadi penyumbang tingginya angka kejahatan kekerasan seksual.
Ingatlah Selalu Percaya Korban Dahulu
Seharusnya dengan banyak berita yang beredar luas, baik di dalam maupun di luar negeri, maka kita sepakat menarik kesimpulan bahwa baik pelaku maupun korban kekerasan seksual bisa siapa saja, termasuk umurnya, jenis kelaminnya dan profesinya.
Korban kekerasan seksual yang akhirnya memiliki keberanian untuk melapor, sebelumnya sudah pasti mengalami proses psikologis yang tidaklah mudah.
Mengutip kembali unair.ac.id., Psikolog Yuni mengatakan:
“Korban juga dapat merasa kehilangan kekuatan, kehilangan harapan, hingga muncul pikiran bunuh diri,” ungkapnya.
Korban biasanya mengalami trauma dan depresi yang sulit mengungkapkan dirinya adalah korban. Sehingga, banyak fenomena korban yang akhirnya baru mau melapor setelah berbulan-bulan terjadi kekerasan seksual tersebut.