Merdeka! Pahlawan Hakikatnya adalah Relawan
Sanad Keilmuan Anies, dari Pabelan hingga Tebuireng
Uang Rapat dan Nasi Rapat Pak Rasyid Baswedan
Cerita lainnya, pada suatu ketika datanglah serombongan warga diseputaran Magelang, sowan ke pondok mbah Yai Chudlori. Menurut penuturan cerita dari seorang putranya yang bernama KH Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) yang kini memimpin pondok tersebut, peristiwa itu terjadi saat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) masih nyantri di Ponpes API Tegalrejo, karena pada saat itu cucu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari tersebut pun ikut mendampingi mbah Yai Chudlori menemui para tamu tersebut.
Tenyata para tamu tersebut "nyambangi" mbah Yai Khudori bermaksud untuk menjadi penengah dan meminta pertimbangan antara perbedaan pendapat warga terkait pemanfaatan dana kas desa. Ada sekelompok warga yang menginginkan untuk membangun masjid, namun sebagian tak sedikit yang ingin membeli gamelan untuk hiburan warga. Â
Tak disangka, mbah Yai Chudori menyarankan agar sebaiknya dana kas desa tersebut digunakan untuk membeli gamelan. Mbah Yai Chudlori berpendapat bahwa apabila gamelannya sudah ada dan masyarakatnya rukun, maka nanti dengan sendirinya dana untuk masjid akan ada. Karena keadaan warga setempat sudah menjadi kompak sehingga mudah diajak untuk bergotong royong. Dengan bergotong royong itulah pekerjaan apa pun akan terasa ringan, termasuk membangun sebuah masjid yang besar.
Ponpes API Tegalrejo tidak hanya melahirkan guru dalam arti pengajar, namun, banyak lulusan pesantren ini yang sukses menjadi tokoh penting, salah satunya adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mantan Presiden RI ke-4 yang pernah mondok selama dua tahun semenjak tahun 1957. []
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H