Hari-hari hampir tak pernah sepi dari perkaderan. Untuk siapapun yang merasa mendapatkan amanah kepemimpinan, maka perkaderan adalah kunci dasar mengawalinya. Beberapa hari yang lalu, saya mengisi acara Advance Training yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII) di gedung PDHI, bilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Bagiku, kepemimpinan merupakan sebuah riset dan keterampilan praktis yang mencakup kemampuan individu  di sebuah organisasi untuk memimpin dan memberikan bimbingan kepada orang lain, tim, disebuah komunitas atau organisasi.
Izinkan saya menukil kutipan Agus Salim salah satu guru bangsa ini, bahwa "Leiden is lijden, leiden is dienen", artinya adalah memimpin itu menderita, memimpin adalah melayani. Â Maksudnya adalah bahwa memimpin sebuah komunitas atau organisasi adalah pelayan bagi yang lain, untuk memupuk semangat dan memotivasi anggota yang lain agar selaras dengan tujuan bersama, memimpin bukanlah untuk memperkaya diri sendiri.
Oh iya, sebagai individu yang pernah di kader di PII sewaktu menempuh sekolah menengah dulu, saya turut larut  dalam perkaderan sebuah organisasi yang menentang rezim kala itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Akan tetapi militansi dalam pergerakan terbangun dati situ. Kegigihan dalam memperjuangkan idealisme mendapatkan persemaiannya zaman itu.
Kini saatnya saya untuk bayar balik, pada komunitas atau organisasi yang pernah mengkaderku itu. Setidaknya dengan menghadiri langsung undangan mengisi salah satu sesi perkaderan yang diselenggarakan. Bagiku, orang-orang terdidik mempunyai kewajiban untuk membayar balik hutang kolektif dengan turut mendidik saudara sebangsa yang belum terdidik.
Untuk segenap kader dan alumni organisasi ini yang nanti pada 4 Mei menggenapi usia yang ke 76 tersebut, tetap bumikan semangat "tandang ke gelanggang walau seorang".[]
Yuk baca artikel-artikelku yang lain:
Ini Bukanlah Wisata Bencana tapi Ladang Kebaikan untuk Saling Bantu SesamaÂ