Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Politik Antik Para Penggali Kubur

12 Juni 2017   17:29 Diperbarui: 14 Juni 2017   00:18 2382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Uwoh dan petugas pemakaman lainnya menyampaikan dirinya sering dikomplain oleh keluarga jenazah karena birokrasi yang kepanjangan ini. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka hanyalah pekerja lepas yang tidak memiliki otoritas dalam kebijakan. Oleh karena dengan gantinya rezim gubernur di DKI Jakarta ini, mereka berharap agar pemerintah, dalam hal ini Dinas Pertamanan dan Pemakaman, menyederhanakan proses administrasi pengurusan pemakaman yang terlalu bertele-tele.

Ketiga, sebagai pekerja lepas, mereka juga sering merasa dituntut bekerja terlalu keras tanpa diimbangi dengan fasilitas yang mamadai untuk mendukung pekerjaan tersebut. Untuk sekadar menyebut contoh, peralatan untuk penggalian kubur, perawatan tanaman dan kebersihan sekitar sudah sedari bertahun-tahun lalu tak pernah ada peremajaan ataupun inovasi. "Alatnya ya itu-itu aja, yang sudah tua dan tidak efisien lagi," kata salah saeorang honorer penggali kubur bernama Arif. Arif berharap ada peremajaan peralatan bagi para pekerja pemakaman.

Bagi para penggali kubur, berpolitik adalah bukan sekadar memberikan suara, tetapi ingin agar usulan-usulannya bisa terlaksana. Mereka selama ini sudah bekerja sebisa mungkin melayani para keluarga jenazah yang dikubur di situ. Hubungan yang mereka bina bukan sekedar hubungan kerja, tetapi juga hubungan pertemanan dan bahkan kekeluargaan. Di samping almarhum Bung Hatta, banyak orang penting di negeri ini yang kuburannya di Tanah Kusir.

Saat ini Pilkada sudah usai. Sebagai relawan, mereka tak mau bubar begitu saja. Mereka bertekad akan terus mengawal Anies-sandi. Setelah Pendopo Relawan Anies-sandi nonaktif, mereka membentuk organ baru dengan nama Pendopo Bung Hatta dipimpin oleh ketua RW setempat. Sementara ini aktivitas rutinnya adalah majlis dzikir Pendopo setiap malam Jumat, namun ke depan dipastikan akan berkembang. Nama Pendopo Bung Hatta diambil karena aktivitas mereka basisnya di sekitar kompleks makam Sang Proklamator Bung Hatta. Sukses untuk Pendopo Bung Hatta!

Penulis: M Chozin Amirullah, mantan koordinator Pendopo Relawan |  Tulisan ini adalah salah satu dari rangkaian tulisan mengenai relawan Anies-Sandi.   

Bacaan lain sejenis

Perlawanan  dari Kampung Pulo                                           

Tanah Merah, Sebuah Awal Perburuan Suara

Semuanya Tentang: Trust

Stiker, Relawan dan Gagasan Maju Bersama


                                                                                                        

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun