Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sepenuh Hati Jokowi untuk Rakyat Papua

9 Juni 2014   07:40 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:36 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di penghujung pidatonya, Jokowi menyitir soal sepakbola, yang mendapatkan sambutan sangat meriah dari ribuan audiens. Jokowi hafal menyebut beberapa namau pemain sepakbola ternama asal Papua. Dia juga berjanji untuk menjadikan Papua sebagai pusat persepakbolaan nasional. Saat mengeluarkan pernyataan tersebut, adalah saat yang paling gegap gempita bagi audiens. Audiens bukan hanya tepuk tangan, tetapi sampai berdiri mendengar pernyataan Jokowi yang berjanji akan memusatkan sepakbola di Papua. Ya,...sepakbola adalah menjiwa bagi masyarakat Papua. Dan bicara soal sepak bola adalah bicara soal kita, kita masyarakat Papua. Sehingga Jokowi adalah benar-benar kita, bagi masyarakat Papua.

[caption id="attachment_310321" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana deklarasi relawan Jokowi-JK. Foto by @imangjasmine"]

1402286873940985321
1402286873940985321
[/caption]

Selesai dari GOR, kami berberak menuju pusat kota Jayapura. Tepatnya menuju pasar tradisonal Mama-mama. Disebut Pasar Mama (ibu) karena seluruh pedaganya adalah ibu-ibu asli etnis Papua. Hal ini agak berbeda dengan pasar-pasar lainnya yang biasanya sudah bercampur antara pedagang pendatang dengan asli etnis Papua. Oleh karena itu tak heran jika pasar ini memiliki nilai politis sangat tinggi. Terletak di pinggur jalan yang ramai di tengah kota, pasar tersebut belum dibangun secara permanen. Hanya tudung atap besar dari bahan semacam tenda besar untuk menaungi padagang yang berjualan.

Informasi dari kawan saya yang sudah beberapa tahun bekerja di sebuah lembaga internasional di Jayapura, tahun lalu sempat dijanjikan untuk dibangun secara permanen oleh Gubernur, akan tetapi sampai sampai saat ini, saat gubernurnya sudah berganti yang baru, belum juga terwujudkan janji tersebut. Dalam perjalanan menuju pasar, seorang aktivis Papua yang dulu pernah jadi pengurus HMI menelepon saya, memberikan penjelasan tambahan bahwa pasar tersebut mulanya adalah kerumunan ibu-ibu etnis Papua asli yang berjulan di pelataran swalayan Gelael. Melihat situasi yang tidak berpihak pada ibu-ibu asli Papua tersebut, para aktivis HMI berinisiatif menggalang dukungan agar pemerintah memberikan fasilitas tempat khusus bagi ibu-ibu tersebut. Mereka bahkan sampai beberapa kali melakukan demonstrasi ke kantor pemerintahan setempat. Itu terjadi pada tahun 2010, saat saya masih ketua PB HMI. Wah,... jadi ikut bangga juga neh, ternyata yang mengwali inisiatif membela perempuan etnis Pupua asli adalah adik-adik saya sendiri.

Sayangnya, perjalanan menuju pasar tidak berjalan dengan lancar. Entah sebab apa, Jokowi mampir di suatu tempat di tengah perjalanan menuju lokasi. Tempat tersebut adalah sebuah restoran yang disampingnya ada posko relawan pendukung pasangan Capres Jokowi-JK. Kami memutuskan untuk tidak ikut mampir, kami terus langsung ke lokasi pasar.

Sejak pukul 15.00 WIT, ribuan masyarakat berduyun-duyun datang ke pasar. Mereka berjajar memadati pasar dan bahkan sampai ke jalan-jalan. Terlihat polisi keawalahan mengatur mereka karena saking banyaknya. Jalanan juga macet, sebagian jalan dikuasai oleh massa yang menunggu kedatangan Jokowi. Sayangnya, Jokowi baru muncul pukul 20.00, setelah massa kelelahan menunggu hampir 5 jam. Tapi setidaknya, kemunculannya bisa mengobati kerinduan para pedagang pasar terhadap calon presiden dambaan mereka.

[caption id="attachment_310323" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana pasar mama-mama. Foto by @imangjasmine"]

1402287211750743520
1402287211750743520
[/caption]

Kunjungan ke pasar mama-mama adalah acara terakhir roadshow kampanye Capres Jokowi-JK kali ini. Aku sendiri enggan untuk langsung ke penginapan. Bersama tiga kawan lain, kami memutuskan untuk kongkow-kongkow di sekitaran pasar, menikmati suasana malam Jayapura. Kami cari makan ikan bakar. Di Papua, ikan bakarnya segar-segar, masih manis, kerana ikannya baru mati satu kali. Bandingkan dengan ikan bakar di Jakarta! Rasanya sudah hambar, tidak seger lagi. Kata seorang kawan Papua-ku, ikan di Jakarta sudah mati tujuh kali. Mati pertama saat ditangkap; mati kedua saat disimpan dengan es di palka kapal selama satu bulan sebelum dikirim ke darat; mati ketiga saat dipindahkan dari palka kapal dengan box dingin menuju TPI (tempat pelelangan ikan); mati keempat saat menuju gudang penyimpanan sementara oleh pedagang pengepul, mati kelima saat diangkut deri gudang pengepul dengan truk menuju pasar; mati keenam saat ikan diangkut dari pasar oleh pedagang ikan bakar menuju warungnya; dan mati ketujuh saat ikan disiangi oleh panjual ikan bakar.

Menjelang tengah malam, kami baru kembali ke penginapan. Lokasi menginap di hotel Traveler ternyata jauh dari Jayapura. Hotel itu lokasinya justru dekat dengan airport. Kondisi super kelelahan karena lari-lari menguntiti Jokowi sepanjang hari membuat tepar sebelum sampai di penginapan, kami tidur pulas di mobil. Sampai di penginapan, kami seperti terhuyung tanpa sadar berpindah tidur dari mobil ke kasur.

Esok hari, sempat terjadi kebingunan pada kami. Belum ada kejelasan apakah akan kembali ke Jakarta atau masih melanjutkan kampanye sehari lagi. Soalnya, sempat ada rencana dari tim untuk melanjutkan perjalanan ke Wamena. Kabarnya, masyarakat di sana sudah sangat menunggu kedatangan Jokowi. Tapi akhirnya diputuskan untuk balik ke Jakarta. Tentu dengan konsekuensi sepenggal kekecewaan pada masyarakat Wamena.

Kami sempat panik, karena belum ada kejelasan tiket kepulangan. Namun setelah koordinasi kesana-kemari, akhirnya terjadwallah tiket kembali kami pukul 12.10 dengan penerbangan Garuda GA 567. Saat itu pukul 09.00 WIT. Kami masih punya waktu 2 jam sebelum keberangkatan ke bandara. Kami manfaatkan untuk jalan-jalan ke pasar sentani. Mobil innova yang kemarin disediakan untuk kami rupanya masih ready untuk kami pakai. Pak Sopirnya yang asli Bugis (yang ini tentu pendukung JK) ternyata sudah standby di hotel dari pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun