Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Tour de' Pantura I: Cerita Kampanye Jokowi di Pantura

20 Juli 2014   10:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:50 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1405833193674961721

Kami meninggalkan pasar Cibitung sekitar pukul 21.00 untuk selanjutnya menuju Karawang. Lokasi yang akan kami tuju adalah monumen Rengasdengklok, tempat di mana Sukarno dulu diculik oleh para pemuda pejuang sebelum memproklamasikan kemerdekaan RI.

Sebelum sampai di lokasi monumen, Jokowi menyempatkan mampir ke sebuah pesantren yang diasuh oleh seorang kyai nyentrik pimpinan Jamaah Dzikir Manaqib Al-baghdadi bernama KH Junaedi Albaghdadi. Bertemu dengan sang kyai rock n 'roll tersebut, Jokowi banyak membicarakan persoalan-persoalan kebangsaan. Jokowi juga mendapatkan wejangan khusus dari kyai terkait dengan pencapresannya.

"Tadi dipesan supaya tetap rendah hati, yang sabar, dan tetap apa adanya," demikian sebagaimana dikutip oleh media republika online, 17 Juni 2014.

Kami baru benar-benar sampai di monumen Rengasdengklok sekitar pukul 23.40 WIB dalam situasi hujan gerimis. Yang hebat, masyarakat masih berkerumun, setia menunggu kedatangan Jokowi. Meski tengah malam, situasi kampung masih ramai oleh penduduk yang sengaja ingin bersalaman dengan Jokowi.

Monumen Rengasdengklok adalah monumen untuk memperingati peristiwa "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh terhadap dua Bapak Proklamator Soekarno dan Hatta. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB. Dwitunggal Soekarno dan Hatta diculik dari Jakarta dan dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk 'dipaksa' mendeklarasikan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Teks Proklamasi sebagaimana yang kita sering bacakan saat upacara saat ini disusun di Rengasdengklok tersebut, tepatnya di rumah seorang keturunan Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong. Saat itu, bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh Jokowi adalah napak-tilas peristiwa bersejarah dimana anak-anak muda mengambil inisiatif memanfaatkan kesempatan kekosongan kekuasaan untuk sesegara mungkin mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Jikalah tak ada inisiatif dari anak-anak muda untuk menculik Sukarno-Hatta, kemerdekaan Indonesia barangkali belum dideklarasikan sampai sekarang.

Di Rengasdengklok, anak-anak muda itu mendesak deklarasi dilakukan tanggal 16 Agustus, tetapi Sukarno keukeuh pada pendiriannya untuk mendeklarasikan pada tanggal 17 Agustus.

"Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa  tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ?" tanya Sukarni. "Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang  berada  dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua  berpuasa, ini berarti saat yang paling suci  bagi kita. tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu  Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat  suci. Al-Qur'an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu  kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia", jawab Sukarno. Kira-kira itulah kutipan dialog Bung Karno dengan para pemuda di Rengasdengklok (Lasmidjah Hardi, 1984:61).

Kami meninggalkan Rengasdengklok tengah malam menuju ke arah timur, ke arah pusat kota Karawang. Idealnya memang kami langsung menuju penginapan untuk istirahat, tetapi rupanya Jokowi masih hutang janji untuk berkunjung ke satu tempat lagi. Tempat yang dikunjungi adalah sebuah pesantren NU. Jokowi tak mau mengecewakan para pendukungnya, meskipun larut malam, ia tetap berusaha menemui. Kami baru tiba di pesantren tersebut sekitar pukul 02.00 pagi dalam suasana hujan amat lebat.

Begitu sampai di lokasi, kami terkagum oleh kesabaran masyarakat yang masih dengan setia menunggu kedatangan Jokowi. Bahkan mereka rela berhujan-hujan, ada yang naik motor dan banyak pula rombongan dari berbagai desa yang naik mobil pick-up bak terbuka. Bisa dibayangkan, dalam suasana hujan lebat, mereka rela berdesak-desakan naik pick-up bak terbuka demi untuk bertemu dengan Jokowi. Bukankah itu sebuah semangat kejuangan dan pengorbanan yang luar biasa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun