"Sholat dhuzur berapa kali?" "Empaat", jawab hadirin
"Ashar berapa rokaat?" "Empaat...!"
"Maghrib berapa rokaat?" "Tiga...!"
"Isya berapa rokaa?" "Empaat...!"
"Shubuh berapa rokaat?" "Dua...!"
"Coba hitung, jumlahnya ada berapa rokaat?" totalnya 17 rokaat bukan?"
"Rakyat Indonesia harus merdeka sebanyak 17 kali, yaitu dengan menjalankan sholat lima waktu dalam sehari."
Angka 17 sepertinya menjadi angka istimewa Sukarno. Dengan angka 17 ini pula, Sukarno juga 'ngotot' untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus, bertepatan dengan hari Jumat, 17 Ramadhan. Selanjutnya, padamasa pemerintahannya, Sukarno juga selalu memberikan pidato kenegaraan setiap tanggal 17 Ramadhan.
Ayah masih sangat terkesan dengan pidato tersebut. Baginya, Sukarno bukan hanya sekedar pemimpin pergerakan kebangsaan, tetap juga pemimpin Islam. Sukarno memang tiak pernah menyebut dirinya seorang ulama, kyai atau ahli agama sekalipun. Tetapi gagasan-gagasan Sukarno hampir selalu terinspirasi dari nilai-nilai dalam Al-quran.
"Saya memang bukan orang yang bisa membaca tafsir Al-quran, tetapi saya bisa memahami tafsir-tafsir Al-quran itu secara mendalam", begitu kata Sukarno sebagaimana dikutip oleh ayah.
Menurut ayah, bukti ke 'ulama-an Sukarno juga bisa dilihat dari cerita berikut: