Di penginapan, saya sengaja tidur cepat supaya besoknya bisa bangun pagi. Saya telah menghubungi seorang teman yang sedang tinggal di Jogja untuk menemani jalan-jalan. Untunglah dia mau untuk mengajak saya pergi ke Prambanan.
Tari, teman saya itu telah lama tinggal di sana. Dia banyak tahu tentang wisata atau tempat-tempat di Jogja yang sebaiknya bisa dikunjungi. Bahkan dia hapal berbagai rute untuk sampai ke tempat wisatanya. Tak salah saya memilih dia untuk menjadi guide.
Perjalanan ke Prambanan
Sebelum berangkat, Tari sempat memberi pilihan mau ke Prambanan pakai Trans Jogja atau layanan taksi daring. Katanya, jika pakai Trans Jogja ongkosnya murah tapi akan lama sampai karena rute perjalanannya lebih jauh. Akhirnya kami sepakat memakai taksi mengingat dari tempat kami ke lokasi tujuan jaraknya cukup jauh, sekitar 17 km.
Tari juga termasuk orang yang mudah beradaptasi dan nyambung saat ngobrol. Membuktikan bahwa dia punya pengetahuan yang cukup luas. Setiap Pak Sopir bercerita tentang keadaan Jogja dia selalu bisa menanggapi dengan lincah. Begitu jarang ditemui memang seorang perempuan seperti dia. Orangnya baik, pengetahuannya luas dan tidak sombong. Sepertinya dia memang idaman bagi semua lelaki. Heee...
Sesampainya di Prambanan
Setelah sampai, kami membeli tiket seharga 80 ribu untuk dua orang. Cukup murah bagi saya, menilai yang dikunjungi adalah sebuah bangunan bersejarah yang mungkin di jaman sekarang tidak bisa diciptakan lagi.
Ada tiga Candi utama di tempat itu, Candi Brahma yang diartikan Pencipta, Candi Wisnu yang diartikan Pemelihara dan Candi Siwa yang diartikan Pemusnah. Namun diantara tiga Candi itu, bangunan Candi Siwa terlihat yang paling besar sebagai candi utama di Prambanan.
Tari sendiri agaknya tidak tahu, kenapa Candi Siwa yang terlihat lebih menonjol padahal artinya 'Pemusnah'. Bagi kami, sepertinya lebih pantas Pencipta atau Pemelihara yang lebih diutamakan dibanding Pemusnah. Tapi itu menurut kacamata kami yang awam. Pastinya pencipta Candi memiliki pengetahuan yang lebih luas dan dalam, mengapa memilih Candi Siwa menjadi yang diutamakan.
Mengenai sejarah penciptaannya, sebuah versi mengatakan bahwa Candi Prambanan hanya dibuat dalam satu malam. Ini kisah Rara Jonggrang yang hendak dilamar oleh Bandung Bondowoso. Sebagai syarat, Rara Jonggrang meminta Bandung Bondowoso menciptakan seribu Candi dalam satu malam.
Mitos Prambanan Bikin Pacaran Putus
Mengenai sejarah Prambanan yang lengket dengan kisah percintaan itu, ternyata ada sebuah mitos juga yang masih berlaku sampai sekarang. Bahwa siapa saja yang datang ke Candi Prambanan dengan pacarnya, suatu saat pasti akan putus.Â
Mitos itu diamini Tari karena dia sendiri mengalaminya. Pas saya tanya "masa sih?," "saya pernah mengajak pacar yang dulu ke sini, dan sekarang kami udah nggak berhubungan lagi. Kami udah pisah," jawab dia sambil tertawa.