Bolak-balik dari rumah ke pasar sudah menjadi kebiasaan sehari-hari Arya. Di saat sebagian besar pemuda lebih gemar dan suka pergi ke mal, baik untuk belanja atau sekadar jalan-jalan saja, Arya justru lebih sering mengunjungi pasar tradisional.
Tentu yang ditemui bukan sepatu, tas, baju dan berbagai barang yang biasanya berjejer di mal. Yang Arya tuju di pasar adalah bahan-bahan pokok makanan.
Pergi ke pasar sebenarnya bukan karena kesukaannya. Baginya, suka tidak suka ke pasar adalah sebuah kebutuhan. Kebutuhan dalam menjalankan usahanya. Arya memang memilih terjun di dunia perdagangan.
Dia memiliki sebuah warung makan yang meskipun sederhana, tapi selalu dirawat dan dikelolanya dengan baik.
Di saat sebagian besar pemuda seumurannya memilih bekerja di sebuah pabrik atau kantor, pilihan Arya terbilang sangat langka.
Setelah tiga tahun bekerja di sebuah pabrik, saat usianya baru 21 tahun dia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya itu untuk terjun di lapangan kerja yang berbeda sama sekali dari sebelumnya.
Keputusan itu bisa dibilang sangat radikal. Mengingat ketika kerja di pabrik plastik, penghasilannya terbilang lumayan. Sisa gajian bulanannya masih ada yang bisa ditabung.
Sedangkan pilihan Arya berikutnya, membuka usaha perdagangan sendiri yang dimulai dari nol, tentu belum bisa dipastikan berapa penghasilan per bulannya. Bahkan tidak rugi saja sudah bisa dibilang bagus. Ya namanya baru pemula.
Tapi ternyata Arya memiliki pertimbangan yang berbeda. "Nggak masalah penghasilan saya nanti jauh lebih kecil dibanding saat kerja di pabrik, yang penting nanti saya bisa bekerja tanpa harus diberi tekanan pihak lain. Saya akan menjadi mandiri dengan bertanggung jawab atas pilihan sendiri," begitu katanya suatu saat.
Baginya kerja di pabrik memang enak, penghasilan terjamin, tidak usah banyak tingkah asal waktunya kerja ya kerja. Tapi dia merasa susah mengembangkan diri di situ.
Arya masih muda, jalan dia ke depan masih panjang, masa iya mau terus-terusan menjalani aktivitas itu tanpa dia bebas dan leluasa mengerahkan segala kemampuannya berdasarkan pilihannya?
Hal itulah yang nampaknya membuat Arya memilih dunia kerja yang berbeda. Baginya tak masalah membuka warung kecil-kecilan yang tentu diawal sangat sedikit pemasukannya.
Memang dalam keadaan tertentu, Arya ini dikenal sebagai pemuda yang berani mengambil resiko, tentu dengan terlebih dahulu mempertimbangkan setiap keputusannya secara matang.
Bahkan Ayah dari pemuda yang hobi bermain sepak bola itu juga pernah berkata "Arya itu udah biasa sendiri. Melakukan apapun atas pilihannya sendiri itu dia udah biasa. Pergi ke mana-mana juga seringnya sendirian,"
"Kalau kita sungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu, insyaallah akan ada aja jalannya," begitu keyakinan Arya. Arya telah meyakinkan diri bahwa dia akan sungguh-sungguh mengelola usahanya.
Dia percaya, dengan kemampuan dan keterampilannya dalam mengolah usahanya, lambat laun pasti akan berkembang.
Dia memiliki target sebelum menikah usahanya itu telah mapan dan mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dua tahun berikutnya setelah sekian lama berprihatin dan telaten mengelola warungnya, nampaknya usahanya itu semakin berkembang. Setidaknya dia telah mampu menyisihkan uang penghasilannya untuk menabung dan sesekali membantu kebutuhan orang tuanya.
Semua itu tak lepas dari kerja kerasnya. Tak hanya bekerja menggunakan tenaga, dia juga selalu mengerahkan kemampuan berpikirnya untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya, demi kemajuan usahanya itu.
Arya tahu, untuk berubah menjadi lebih baik dia harus kreatif. Maka setiap saat dia merasa perlu mencari berbagai pengetahuan baru yang berkaitan dengan dunia usahanya.
"Kalau kita sedang mengelola sesuatu, kita perlu tahu banyak tentang sesuatu itu. Semakin banyak ilmu dan pengetahuan yang kita miliki, semakin besar peluang kita untuk berhasil mengelola hal itu," katanya
Salah satu yang rutin dia jaga adalah silaturahmi antara sesama pedagang. Arya memiliki banyak teman yang berada di dunia kerja yang sama.
Bagi Arya, biarpun semua temannya itu memiliki usaha yang sama, tapi setiap orang tentu memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang pengelolaan warung yang berbeda.
Ilmu dan pengetahuan yang berbeda itulah yang dicari. Semakin banyak yang Arya tahu, akan semakin luas jalannya untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda. Akan semakin banyak juga potensi baginya untuk mengembangkan usahanya.
Empat tahun telah ia kelola warungnya itu. Nampaknya usahanya telah mapan. Tentu sudah pantas juga untuk mencukupi kebutuhan keluarga ketika ia telah menikah.
Namun ternyata keinginan untuk terus mengembangkan usahanya masih tetap ada. Kini pemuda berusia 25 tahun itu sedang mempertimbangkan untuk membuka warung lagi.
Bagi dia, kalau satu warung telah berhasil dikelolanya, proses memajukan usahanya lagi adalah dengan membuka cabang.
Harapan seorang pemuda untuk mengembangkan usahanya, adalah harapan pepohonan yang ingin dedaunannya tumbuh lebat, hijau, dan meluas. Harapan untuk hidup semakin berkembang adalah harapan para pemuda yang memiliki cita-cita.
Semoga kisah Arya ini menginspirasi kaum muda dalam ketekunan dan keberanian membuka peluang usaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H