Mohon tunggu...
nasrulloh demank
nasrulloh demank Mohon Tunggu... -

......................

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Gagasan Nachrowi Ramli Mengenai Visi Maritim Jokowi

12 Januari 2016   19:52 Diperbarui: 12 Januari 2016   20:10 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip gagasan bang nara dalam menghadapi tantangan dunia kemaritiman Indonesia kedepan “Think Globaly Act Localy” sesuai dengan visi misi presiden Joko widodo yang menjadikan laut sebagai halaman Indonesia.

Gambaran perbandingan kekuatan maritim nusantara berdasarkan periodesasi waktu dengan memperlihatkan faktor-faktor utama yang menyebabkan perbedaan itu, dan penjelasan bahan pembelajaran yang penting bagi pembangunan kedaulatan maritim nasional dalam konteks kekinian? Sejarah maritim Indonesia dibuktikan dengan kejayaan –kejayaan kerajaan yang ada di nusantara dalam melakukan aktifitas dilaut seperti perdagangan, diplomasi dan perluasaan kekuasaannya pada waktu lampau.

Kerajaan sriwijaya dan  kerajaan majapahit merupakan bukti sejarah maritim Indonesia yang pernah berjaya pada masanya. Kerajaan Sriwijaya pernah pula menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha pada 617 mengadakan hubungan dengan raja Dewapaladewa dari India pada tahun 860 M. Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaan pada tahun 850 M. Masa kejayaan berlangsung selama pemerintahan Raja Balaputradewa, di mana rakyat hidup tenteram dan makmur.

Kekuatan armada lautnya, Sriwijaya mampu mengusai lalu lintas perdagangan antara India dan Cina, serta menduduki Semenanjung Malaya, Jawa, dan Borneo. Pada abad ke-8, Sriwijaya telah mampu menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara yang menjadi pusat transit perdagangan antara barat dan timur.Sriwijaya juga menghasilkan berbagai macam hasil bumi, hingga memiliki  relasi dagangnya dengan Cina, India yang pada waktu itu merupakan komoditas utama perdagangan lintas kerajaan di perairan selat malaka bahkan sampai ke laut china selatan dan samudra hindia.

Kerajaan sriwijaya mulai mengalami penurunan pada abad ke XI Masehi ini ditandai dengan Raja Balaputradewa wafat, tidak ada lagi raja yang cakap memerintah sehingga secara politis membuat sistem pemerintahan kerajaan sriwijaya mengalami penurunan pengaruh terhadap rakyat serta daerah-daerah kekuasaannya .

Letak Palembang yang jauh dari laut membuat kapal-kapal tidak mau singgah dan mencari tempat lain untuk berlabuh hal ini sangan mempengaruhi juga sentralisasi kegiatan ekonomi kerajaan sriwijaya. Banyak wilayah bawahan yang melepaskan diri, misalnya Jawa Tengah dan Melayu. Selain hal tersebut diatas masa kemunduran dan keruntuhan sriwijaya juga datang dari luar seperti serangan dari  kerajaan lain, seperti dari Kerajaan Colamandala, India Selatan (1017 M); ekspedisi Pamalayu dari Kerajaan Singasari (1275 M), dan serangan Majapahit (1377 M) yang mempercepat runtuhnya peradaban kerajaan sriwijaya sebagai kerajaan maritim[1]

Setelah kerajaan sriwijaya mengalami kemunduran peran kerajaan sriwijaya di ambil alih oleh kerajaan majapahit yang mulai memperkuat armada angkatan lautnnya untuk melakukan ekspansi ke seluruh penjuru perairan. Puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389 yang kekuasaannya meliputi Nusantara, Desantara Indocina, dan Dwipantara Cina dan India.

Perluasan wilayah ini dicapai berkat politik ekspansi yang dilakukan oleh Patih Mangkubumi Gadjah Mada. Majapahit disegani di dunia. Di Asia ditakuti Kekaisaran Tiongkok China karena pada abad itu hanya ada dua Kerajaan besar, yaitu Tiongkok dan Majapahit. Kendali Senopati Sarwajala Mpu Nala mengerakkan  kapal-kapal perang Kerajaan Majapahit yang mampu menaklukkan satu demi satu pulau-pulau dan negara-negara di kawasan Nusantara demi terlaksananya Ikrar Sakti Sumpah Palapa. Sumpah Amukti Palapa yang diucapkan Gajah Mada terbukti pada masa pemerintahan Sri Rajasanagara (Hayam Wuruk) yang memerintah dari tahun 1350—1389 M. Dalam hal ini dapatlah disimpulkan bahwa dengan adanya konsep persatuan dan kesatuan Nusantara (Sumpah Palapa) yangkekuasaannya mencakup hampir seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.

Kemerosotan Majapahit pada abad ke-16, karena di pulau Jawa muncul Demak sebagai kerajaan maritim baru.  Pada jaman kejayaan kerajaan Islam Demak, di sepanjang pantai utara Jawa juga berjaya kota-kota pelabuhan antara lain Tuban, Panarukan, Gresik, Sedayu, Brondong, Juwana, Jepara, Demak, Semarang, Banten, Sunda yang sekaligus perlahan melunturkan kebudayaan dan kejayaan kerajaan Hindu-Budha. Majunya Sulawesi dengan pelaut Makasar dan Bugis pada abad 17 telah berlayar sampai ke Kedah, Kamboja, Ternate dan Sulu (Filipina) dalam pelayaran dan perdagangan dari berbagai suku bangsa yang ada di kawasan itu. Hal ini menyebabkan penurunan kekuasaan Majapahit dalam hal perdagangan. Kemundurankerajaan-kerajaan maritim di Nusantara di samping disebabkan oleh persaingan atau konflik intern. Hal ini dimanfaatkan oleh bangsa barat. Awal kejayaan kerajaan Majapahit tahun 1350-an,Tuban merupakan kota dan pelabuhan terbesar di Nusantara yang menjadi pelabuhan berkumpul para pedagang kaum borjuis kaya di Eropa abad 19yang dengan kekayaan dan para pengawalnya yang besar mempunyai pengaruh dalam bidang politik dalam kerajaan.

Faktor Politik dan Ekonomi

Dari perbandingan dua kerajaan maritim terbesar di nusantara pada waktu itu yaitu kerajaan sriwijaya dan majapahit yang bernah berjaya pada masanya dengan menjalankan visi maritim sebagai kerajaan yang mendominasi dan menguasai pusat – pusat perdagangan serta memperluas daerah kekuasaan sehingga disegani oleh kerajaan-kerajaan lain. Faktor ekonomi dan politik sangat mempengaruhi pertumbuhan kerajaan sriwijaya dan majapahit yang mampu bersaing dengan kerajaan lain dalam hal perdagangan serta dapat berdiplomasi dengan baik sehingga sempat menjadi pusat perdagangan. Pada saat ini Indonesia mempunyai visi besar mengembalikan kejayaan sebagai bangsa maritim dengan jargon “Poros Maritim Dunia” Sebelum menjadi poros maritim dunia, Indonesia harus lebih dulu menjadi sebuah negara maritim, dimana sektor kelautan menjadi sentral kehidupan ekonomi dan pusat produksi utama. Indonesia bukan negara maritim karena sebagian besar kehidupan masyarakat, khususnya di lima pulau terbesar (Sumetra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua), tidak terpengaruh secara langsung oleh proses yang terjadi di lautan.

Kedaulatan Maritim Indonesia

Sebagaimana  Corbett,  Ken  Booth  adalah  juga  pemikir  maritim  asal  Inggris. Pemikiran Booth  tentang  kekuatan  maritim  antara  lain  dituangkan  dalam karyanya yang berjudul Navies and Foreign Policy (1977) yang mengulas tentang  peran  Angkatan  Laut.  Menurutnya, Angkatan  Laut  sebagai  bagian  utama  dari  kekuatan  laut  secara  universal  mempunyai  tiga peran  penting,  yaitu  peran  militer, peran konstabulari dan peran diplomasi. Pemikiran Booth itu didasarkan pada penelitiannya terhadap peran Angkatan Laut sejak berabad-abad silam.

Peran militer Angkatan Laut dilakukan dengan penggunaan kekuatan secara  optimal  untuk  memenangkan  perang  atau  konflik  bersenjata.  Penggunaan kekuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menegakkan kedaulatan negara di  laut  dengan  cara  pertahanan  negara  dan  penangkalan  melalui  penyiapan kekuatan untuk perang, menangkal setiap ancaman militer melalui laut, menjaga  stabilitas  kawasan  maritim,  melindungi  dan  menjaga  perbatasan  laut  dengan negara tetangga[2].

Pememerintah harus memperkuat komitmen untuk mengembalikan kejayaan maritim bangsa Indonesia, pemahaman terhadap geopolitik  dan  geostrategis yang membawa kesadaran bahwa masa depan dunia ada di Asia-Pasifik. Dalam waktu dekat masa depan ekonomi dunia akan berada di Asia, karena tiga negara berekonomi terkuat dunia ada di Asia, yaitu China, Jepang, dan India.

Pemerintahan saat ini mengeluarkan doktrin politik luar negerinya, yakni menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia seperti juga yang pernah dilakukan patih gajah mada di kerajaan majapahit dengan doktrin sumpah palapa yang mendorong semangat rakyat serta kerajaan dalam memperluasa pengaruhnya secara politik maupun ekonomi. Fakta menunjukan bahwa seluruh alur pelayaran dunia yang melalui jalur strategis di Indonesia akan dipergunakan sebagai pendekatan diplomasi, terkait dengan peran strategis Indonesia serta mplikasi dari pendayagunaan jalur-jalur strategis di perairan Indonesia adalah munculnya tantangan lain dalam segi pertahanan-keamanan di laut. Poros maritim tidak mungkin diwujudkan tanpa didukung kekuatan TNI, khususnya matra laut dan udara yang tangguh dan disegani.

Pelajaran berharga yang harus diingat pada saat ini adalah sejarah keruntuhan kerajaan – kerajaan maritm di Indonesia yang mengalami ancaman, gangguan , hambatan dan tantangan yang tidak bisa diatasi oleh kerajaan sriwijaya dan majapahit. Trend kawasan asia pasifik menjadikan posisi indonesia sebagai putri cantik yang diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan besar di asia pasifik.

Kekuatan negara-negara yang mempunyai kepentingan besar terhadap kawasan pasifik seperti amerika china australia jepang, korea selatan serta negara-negara yang berada pada kawasan tersebut menjadi sebuah ancaman besar kalau tidak dipersiapkan oleh pemerintah dan rakyat indonesia. Oleh karena itu untuk membangun Indonesia sebagai poros maritim dunia  membutuhkan komitmen serius pemerintah, di pusat maupun daerah.

Mereka harus didukung oleh DPR, DPRD, dan berbagai unsur lain seperti TNI, Polri, kejaksaan, media, perguruan tinggi, dan seterusnya. Dalam perspektif kesisteman, upaya mewujudkan gagasan poros maritim itu juga akan melibatkan perangkat undang-undang dan peraturan baru yang kondusif, sosialisasi gagasan lewat berbagai media, serta pembangunan infrastruktur baru –jalan raya, jembatan, pelabuhan modern yang masif di berbagai daerah.

DAFTAR REFERENSI

[1] Kurnia, Nia dan  Solihat I.1983.Kerajaan Sriwijaya. Jakarta: hlm. 95

[2] Marsetio.2014. Sea Power Indonesia.Jakarta.Universitas Pertahanan ibid hal 39

Djoko, Nugroho Irawan. 2011.Majapahit Peradaban Maritim. Jakarta: Yayasan Suluh Nuswantara Bakti

Djajadiningrat, RM. Taufik. 1995. SejarahdanSilsilahRingkas Para SinuhunKesultananBanten, Jakarta:

Karodirdjo,Sartono.1987. PengantarSejarah Indonesia Baru:1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium Jilid 1.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Mansoer, Moh Dahlan. 1979. Pengantar Sejarah Nusantara Awal. Kuala Lumpur: . hlm. 132

Wolters, OW.  2011.Kemaharajaan maritim Sriwijaya & Perniagaan Dunia Abad III – Abad VII.  Jakarta: Komunitas Bambu

Marsetio.2014. Sea Power Indonesia.Jakarta.Universitas Pertahanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun