Budiman kini malah menjadi pendukung berat Prabowo. Mungkin saja nama Budiman ini dianggap ampuh menjadi "deterjen" untuk membersihkan kotoran masa lalu. Akan tetapi, bukankah semua pihak perpolitikan di tanah air selalu menjual masa lalu untuk kepentingan politik mereka itu?
Orba menjual "keganasan PKI" sebagai alat politik, tanpa pernah juga membantu "korban PKI." Lebih dari setengah juta jiwa orang-orang yang dianggap PKI kemudian menghilang dari negeri ini.
Ketika masanya tiba, "Orde Reformasi" kemudian datang dengan menjual "keganasan Orba" sebagai alat politik. Di zaman Orba anggota parlemen mengenal "kata sakti 4 D," Datang, Duduk, Diam dan Duit.
Kala itu parlemen tidak gaduh dan belagu. Sekarang orang parlemen justru tengil karena bancakan proyek justru dimulai dari sana!
Tanpa rasa malu, mereka ini saling gosok, gesek dan gasak untuk mengejar bancakan!
Akan kah PSI, Budiman dan lain-lainnya itu sukses untuk mendongkrak suara Prabowo? Â Wallahu a'lam.
Kalau ada yang datang, tentu ada yang pergi. Prabowo sepertinya akan kehilangan kelompok agama aristokrat dan fundamentalis yang selama ini mendukungnya. Yang tersisa kini adalah kelompok agama yang dianggap liberal dan kaum abangan, tapi justru suara mereka ini lah sebenarnya lebih banyak.
Berkat dukungan Golkar dan PAN yang datang merapat, maka kini koalisi gemuk Gerindra menjadi yang terdepan dalam perburuan kursi Capres 2024.
- Anies Baswedan
Anies menjadi orang pertama yang dideklarasikan menjadi capres 2024. Memang ketika itu suasananya agak haru, karena yang mendeklarasikan adalah Nasdem. Dengan perolehan suara sebesar 9,05 persen saja tentunya Nasdem tidak bisa sendirian mencalonkan capresnya.
Untunglah PKS dan Demokrat kemudian datang merapat, tentunya dengan beberapa alasan. Buat PKS tentunya karena di tempat lain mereka ini kurang diterima, plus kedekatan emosional dengan Anies.
Sama seperti PKS, Demokrat juga kurang diterima karena Demokrat maunya AHY menjadi Capres/Cawapres. Ketika jatah Capres sudah menjadi milik Prabowo, tentunya jatah Cawapres pastinya diminati Golkar dan PKB yang lebih besar suaranya dari pada Demokrat. Akhirnya Demokrat pun merapat ke Koalisi Perubahan dengan harapan bisa mendapat jatah Cawapres buat AHY.Â