Partai wong cilik ini rupanya tidak tahu kalau penghasilan pengemis itu lebih banyak dari pada penghasilan pegawai kantoran berdasi. Walaupun tidak terkena pajak penghasilan, tapi pendapatan pengemis bisa mencapai Rp 30 juta/bulan! Itu semuanya berkat uang receh. Pengemis ini pinter sekali memainkan ilmu psikologi.Â
Kalau Pengemis menaruh uang gocap atau lembaran seratus ribu di gelas bekas air mineral yang menjadi wadah uang mengemis itu, maka orang-orang akan illfeel. "Lha elo... dompet gue aja kulit ketemu kulit, elo punya duit gocap dan seratusan, masih ngemis juga!" Akhirnya si pengemis tadi malah dihipnotis. Uang gocap dan seratusan ribu tadi lalu berpindah tangan! Hahaha.
Jadi dengan menaruh uang receh di tempat kecil (bukan di ember juga) itu akan membuat orang menaruh belas kasihan, lalu memberikan uang receh yang kalau dikumpulkan, hasilnya bisa sampai sejeti per hari.
Lalu apa korelasi uang receh dengan PDIP?
Nah, beberapa waktu lalu rupanya ada Relawan Jokowi yang mengalihkan dukungan mereka kepada Prabowo. Padahal mereka ini tegak lurus dengan Jokowi. Rupanya mereka ini merasa terabaikan, karena tidak dilibatkan dalam proses pencapresan Ganjar.
"Lha elo...recehan mau ikutan urusan capres!" Begitulah kira-kira kata Mak Nyak alias Nyonya Besar.
Kemarin juga PSI (Partai Solidaritas Indonesia) akhirnya mengalihkan dukungan mereka kepada Prabowo. Padahal tadinya mereka ini mendukung Ganjar, bahkan sebelum PDIP sendiri mendukungnya! Hahaha.
Ini kan aneh pakai banget. Sebagai pendukung berat Jokowi, PSI sejatinya tegak lurus dengan PDIP, tapi kini malah menjauh. Dulu mendukung Ganjar, dimarahi! Kini gak dukung Ganjar, ya podo wae, dimarahi juga, hahaha.
Inilah yang penulis sebut PDIP mengabaikan hal-hal yang dianggapnya receh (seperti dalam kasus uang receh pengemis tadi) Tentunya PDIP berpikir kalau suara Pilpres itu berada di tangan rakyat, bukan di tangan koalisi partai. Itulah sebabnya PDIP tidak begitu agresif untuk bersinergi dengan pihak-paihak lain.
Namun ternyata dua pesaing PDIP justru menggarap hal ini dengan serius. Prabowo tentu sangat serius ketika ia mau bertandang ke markas PSI! Ia juga sangat serius ketika menerima Budiman Sujatmiko dengan tangan terbuka.
Anies tentu sangat serius ketika ia mau menyambangi majelis taklim-majelis taklim yang bahkan berada di gang-gang di seantero negeri ini. Sebab hal itu pula lah yang menghantarkannya bisa duduk sebagai Gubernur DKI Jakarta dulu. Dukungan-dukungan receh kalau dikumpulkan tentunya akan menjadi besar bukan?
- Prabowo Subianto
Practice makes perfect dan pengalaman adalah guru terbaik. Sering-sering berada di posisi capres tentunya membuat Prabowo sadar dan paham bagaimana caranya untuk menjadi presiden beneran.Â
Berada di kabinet bersama seorang presiden beneran pun membuatnya semakin paham "apa yang harus, dan apa yang tidak boleh dilakukan." Bukan hil yang mustahal pula kalau "petugas partai" itu kelak akan menjadi sekondannya, bila harinya tiba.
Kunjungannya ke kantor PSI, dan kemudian pertemuannya dengan Budiman Sudjatmiko tentunya mempunyai makna politis yang tinggi. Budiman adalah sosok penting PDIP (bukan karena ketokohannya) tetapi karena ia bisa dipakai sebagai "jualan masa lalu," betapa kejamnya rezim Orba terhadap wong cilik!
Dalam dunia perpolitikan tanah air, PSI dan Budiman tentulah hanya sekedar "uang receh saja." Akan tetapi hal itu sangat besar manfaatnya untuk menunjang popularitas Prabowo di kalangan milenial dan Gen Z.