"Tidak ada musuh dan teman yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan!"
Januari 2023 lalu penulis menulis di Kompasiana perihal peta perpolitikan tanah air. Ketika itu terbentuk empat koalisi (sementara) untuk Pilpre 2024 nanti.
Keempatnya adalah
- PDIP (ketika itu masih sendiri)
- Gerindra+PKB
- Koalisi Perubahan (Nasdem, PKS dan Demokrat)
- KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) terdiri dari Golkar, PAN dan PPP.
Seperti yang sudah diduga ketika itu, KIB pasti akan bubar sendiri karena tidak punya kader yang punya nilai jual untuk dijadikan sebagai sosok Capres. Daripada "merugi" mereka ini pasti akan bergabung ke koalisi lainnya.
PPP kemudian bergabung ke PDIP, sedangkan Golkar dan PAN berlabuh ke Gerindra plus PKB.
Dengan demikian kini ada tiga koalisi "yang rencananya" akan bermain pada perhelatan Pemilu 2024 nanti.
Setakat ini ada tiga Capres yang sudah dideklarasikan oleh koalisi partai yakni, Ganjar Pranowo, sang old crack, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Mari kita lihat lihat prospek masing-masing dari capres tersebut,
- Ganjar Pranowo
Sejak semula nama Ganjar sudah digadang-gadang menjadi capres PDIP. Bahkan secara tersamar Jokowi juga sudah menyatakan dukungannya kepada "pria berambut putih tersebut," tapi PDIP mingkem. Namun bukan pedeipe namanya kalau tidak begitu. "Dari yang tadinya mingkem, tapi tetiba misuh!"
Belum lagi kasus "uji kesetiaan," ketika si rambut putih disuruh menolak kedatangan Timnas Israel pada ajang Piala Dunia U-20, dengan "menggadaikan" nama Sukarno. Penulis dan penggemar sepak bola yang tadinya berkata "yes" kepada Ganjar, langsung auto "tunggu dulu!" Ini adalah blunder khas PDIP. Penulis berani taruhan kalau kasus ini telah membuat elektabilitas Ganjar turun!
PDIP adalah satu-satunya partai yang bisa mengusung capresnya sendiri tanpa perlu harus berkoalisi. Hal itu rupanya membuat mereka jemawa, lalu mager. Walaupun PPP sudah bergabung, tetapi faktanya sekarang koalisi PDIP-PPP menjadi yang terkecil diantara pesaing lainnya.