Apakah Jokowi cawe-cawe untuk kepentingan pribadinya?
Tentu saja tidak. Jokowi ingin apa yang sudah dicapai Indonesia saat ini terus berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur dan terutama sikap tegas terhadap penghentian ekspor hasil tambang bernilai ekonomis tinggi, plus "hilirisasi" (pembangunan smelter) harus terus dipertahankan, sekalipun Indonesia terus ditekan oleh Barat dan IMF.
Januari 2023 lalu Pemerintah RI akhirnya menjatuhkan denda sebesar US$ 57 juta atau sekitar Rp 852,15 miliar (kurs Rp 14.950/US$) kepada Freeport Indonesia atas keterlambatan pembangunan smelter mereka di Gresik.
Polemik pembangunan smelter ini sebenarnya sudah berlangsung sejak zaman Pak Harto sedang menghisap cerutunya di Cendana. Freeport selalu menunda-nunda pembangunan smelter karena mereka lebih suka mengekspor bahan mentah ke Amerika untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar.
Nilai ekspor nikel mentah RI 2017-2018 masih berkisar US$ 3,3 miliar. Namun ketika ekspor bahan mentah itu dihentikan, lalu dilakukan hilirisasi ekspor di tahun 2022, nilainya kemudian melonjak menjadi US$ 30 miliar!
Nah sekarang selisih (US$ 30 miliar - US$ 3,3 miliar) itu tinggal di Indonesia, bukan di mamarika lagi! Pantesan IMF marah-marah sampai ngancam-ngancam segala. Tapi kata pakde, "diemin aja, pura-pura gak denger. Yang penting kita lanjut terus." hahaha.
Efek hilirisasi ini paling jelas terlihat pada neraca perdagangan Indonesia dengan China.
Bukan apa-apa, hampir semua barang-barang primer, sekunder hingga tersier pun diimpor dari China. Â Peniti, sendok, korek api, kemoceng sampai pacul pun diimpor dari China. Akibatnya neraca perdagangan Indonesia dengan China selalu tekor pakai banget.
Namun berkat hilirisasi, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China tadi turun menjadi US$ 1,5 miliar pada tahun 2022, dan di kuartal pertama tahun 2023 ini sudah surplus US$ 1 miliar. Itu karena ekspor tidak lagi berbentuk komoditas mentah, melainkan sudah berbentuk setengah jadi dan barang jadi! Jadi hilirisasi dan penghentian ekspor bahan mentah merupakan harga mati bagi Presiden RI berikutnya!
***
Bias hubungan Mega-Jokowi kian menjadi ketika Relawan Jokowi pada Mei lalu menyatakan dukungannya kepada Prabowo untuk menjadi capres 2024. Tentunya hal ini pastilah atas seizin Jokowi .
Lalu bagaimana reaksi Nyonya Besar?