Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kini AHY Di Atas Angin!

27 Juni 2023   19:29 Diperbarui: 27 Juni 2023   19:34 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSXAZT_0lPPRoIhzmhVWmI2fdV7v_RFPbJ2V_FxrDkMngL6IpmI2I27Y3uU5aavI9j4JOA&usqp=C

"Saya bermimpi, di suatu hari Pak Jokowi datang ke rumah saya di Cikeas untuk kemudian bersama-sama menjemput Ibu Megawati di kediamannya. Selanjutnya kami bertiga menuju Stasiun Gambir. Di Stasiun Gambir, sudah menunggu Presiden Indonesia Ke-8 & beliau telah membelikan karcis kereta api Gajayana ke arah Jawa Tengah & Jawa Timur. Karena masih ada waktu, sejenak kami berempat minum kopi sambil berbincang-bincang santai. Setelah itu, kami bertiga naik kereta api Gajayana yang siap berangkat ke tujuan. Di perjalanan, kami menyapa rakyat Indonesia dengan hangat. Rakyat yang pernah kami pimpin dengan penuh kesungguhan hati. Memimpin bangsa yang tak pernah sepi dari tantangan. Sampai di Solo, Pak Jokowi dan saya turun dari kereta. Pak Jokowi kembali ke kediamannya, saya terus ke Pacitan dengan bus. Sedangkan Ibu Megawati melanjutkan perjalanan ke Blitar utk berziarah ke makam Bung Karno."

(Mimpi Pak SBY di bulan Juni 2023)

Bulan Juni 2023 ini rupanya menjadi bulan baik pembawa berkah bagi pepo. Pepo yang biasanya suka prihatin dengan kondisi "akhir-akhir ini" di tanah air, kini mulai menebar senyum manis.

Rupanya karena terlalu banyak tersenyum, pepo lalu bermimpi. Memang agak sulit membawangkan, apakah mimpi tersebut hadir ketika belio tidur ataukah ketika belio ini terlalu banyak tersenyum sebelum tertidur.   

Nah, sebagai pengamat partikelir tersumpah dan bersetifikat semi profesional, penulis kemudian mencoba menerjemahkan arti dari mimpi pepo tersebut. Sebagai rujukan penulis kemudian memakai kaidah primbon, weton, numerologi dan tentunya cocokologi sebagai bagian penutup yang menjadi kesimpulan dalam penelitian sederhana ini.

Kisah ini sendiri bermula ketika Anies Baswedan dan tim-8-nya berkunjung ke Pacitan untuk menemui pepo. Pertemuannya sendiri berlangsung tertutup. 

Jangankan wartawan, tuyul sendiri pun tak mampu menembus pengawalan ketat dari protokol pengamanan pepo.

Penulis pun akhirnya tidak bisa mendapatkan info yang tersurat. Namun Alhamdulilah masih bisa mendapatkan info tersirat lewat penerawangan raut wajah dan gestur tubuh mereka ini.

Apa yang penulis dapatkan dari pertemuan Pacitan ini?

Menurut kaidah cocokologi primbon, Pacitan adalah sebuah simbol dari "duduk perkara" pertemuan ini. Mengapa Anies harus cape-cape disuruh datang dari Jakarta ke Pacitan kalau pertemuannya sendiri bisa dilakukan di Cikeas yang jelas dekat dengan rumah Anies sendiri.

Kehadiran Anies di Pacitan jelas menunjukkan kalau posisi telapak tangan Anies itu menghadap ke atas! Sementara kalau pertemuan itu berlangsung di Cikeas, maka posisi telapak tangan Anies akan menghadap ke samping (bersalaman biasa)

Hal itu kemudian dipertegas lewat gestur tubuh Pak Beye ketika menepuk bahu Anies pada saat Anies hendak meninggalkan rumah Pak Beye. Ibarat kata, gestur tubuh itu seperti berkata, "aman kan le?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun