"Di sini kamu merokok karena di tempat asalmu tidak ada rokok. Namun kamu tidak mengerti esensi dari merokok itu karena kamu tidak memiliki paru-paru. Seandainya kamu punya, maka kamu akan bisa menikmati sensasi asap yang memasuki kerongkongan, lalu keluar dari kerongkongan dan tenggorokan dalam waktu yang bersamaan pula. Mungkin kamu pernah menonton saluran Nat Geo Wild, dan melihat seekor gorilla merokok sebatang sigaret. Nah ternyata gorilla itu masih lebih beruntung daripada kamu."
Lizal terkesiap mendengar statement itu. Tak perlu lah seorang malaikat untuk mencabut nyawa seekor gorilla yang akan pensiun. Nyawa gorilla itu datang tak berjemput pulang tak berhantar. Tiba-tiba ia kepikiran, jangan-jangan ada juga sosok gorilla pencabut nyawa. Tapi yang jelas, dalam "dunia perhisapan" mahluk buruk rupa itu ternyata lebih beruntung daripada dirinya.
"Pernah kah terpikir oleh mu, sensasi apa yang dicari oleh dua orang manusia di tempat seperti ini? Tadi aku melihat engkau mengamati peluh yang turun dari lengan lelaki tadi, mengalir ke telapak tangannya, lalu jatuh ke atas karpet melalui ujung jari tangannya yang tergantung melewati ranjang itu. Sambil memejamkan mata lelaki itu pastinya akan menikmati setiap tetesan keringat yang melewati ujung kukunya itu." Tutur si ular tua.
Lizal terkesiap. Bulu kuduknya merinding dan sabuknya mengeras, tapi ia tidak merasakan sensasi apa pun! Konon ketika melewati atmosfer bumi, sosok malaikat akan mirip sekali dengan sosok manusia. Namun rupanya hanya luarnya doang, sedangkan dalemannya enggak!
"Kalau kamu mau, aku bisa mengubahmu menjadi manusia sebenarnya agar kamu bisa merasakan sensasi sejati di dalam diri manusia itu."
Lizal kini ragu. Ia pingin tapi takut ketahuan, lalu dihukum harus bernyanyi, "aleluya, aleluya, aleluya" setiap jam selama seribu tahun!
Si ular tua tertawa pelan lalu berkata, "bro, kita ini satu padepokan, satu alumni, masak jeruk makan jeruk? Toh kalau kamu nanti tak suka menjadi manusia, kamu tinggal sebut namaku, dan srett kamu jadi malaikat lagi."
Lizal kini lega. Ia juga ingin berbaring di dalam bathtub itu, merasakan sensasi pijatan air hangat jacuzzi sembari melamunkan kenangan masa silam dulu.
Setelah menyebut nama si ular tua tiga kali, tiba-tiba pandangan Lizal menjadi nanar dan sring, ia kemudian berubah menjadi sosok manusia. Akan tetapi bukan sosok Brad Pitt, wujud yang selalu dipakainya selama ini. Lizal kecewa karena ia tadi sudah memikirkan wajah  David Beckham atau Chris Martin, vocalis Coldplay itu. Lizal justru mendapati dirinya sedang berlari terengah-engah dalam sosok tubuh lelaki paruh baya yang hendak dicabut nyawanya tadi!
"Waduh aku kena prank nih!" teriak Lizal dengan nafas ngos-ngosan. Ia lalu menyebut nama si ular tua, bahkan berkali-kali agar bisa berubah wujud kembali menjadi seorang malaikat, tapi gagal maning!
Lizal kemudian tersadar, si ular tua itu memang seorang penipu. Itulah sebabnya ia ditendang dari Istana. Ular tua ini memang pinter menata kata untuk memperdaya mangsanya. Ia berhati jahat dan suka menjerumuskan orang lain.