Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Where is Messi? Benarkah Gol Ketiga Argentina Tidak Sah?

22 Desember 2022   06:01 Diperbarui: 22 Desember 2022   06:16 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ImMessi The GOAT, sumber : https://cdns.klimg.com/bola.net/library/

Di awal perhelatan Piala Dunia 2022 fans Arab Saudi kebingungan mencari-cari Messi, "Mana Messi, mana Messi?" kata mereka. Ketika Messi kemudian terlihat berada di atas panggung untuk menerima kehormatan sebagai pemain terbaik maka orang-orang kemudian tersenyum. Maklum, tulisan Latin dibaca dari kiri ke kanan, sedangkan tulisan Arab dibaca dari kanan ke kiri. "Messi, ditanggung tidak luntur, tapi dibaca orang Arab Saudi dengan Messi, luntur tidak ditanggung!"

"Messi memang kagak ada matinye!" kata Bang Jali, penjual bubur ayam di Pengkolan. Pernyataan Bang Jali yang jelas-jelas bukan seorang "coach Justin," Pemandu bakat ataupun pelatih sepakbola ini seperti menunjukkan betapa hebatnya seorang Messi di mata masyarakat umum.

Mungkin Messi akan "mati gaya" kalau disuruh menjual bubur, sebab ia memang bukan ahli perbuburan. Akan tetapi hampir semua abang penjual bubur akan sepakat dalam satu permufakatan untuk mengatakan kalau Messi itu termasuk pesepak bola terbaik yang pernah lahir di bumi ini. Itu masih tukang bubur. Kalau fans berat Barca, PSG atau Argentina yang jumlahnya jutaan itu bercerita soal Messi, maka sampai Lebaran kudapun cerita soal Messi tidak akan ada habisnya.

Selain soal Messi, Piala Dunia Quatar 2022 juga adalah "Pildun paling gokil pakai banget" yang pernah diselenggarakan di muka bumi ini. Tersebab karena semua peserta termasuk juaranya sendiri pernah mengalami kekalahan! Sebelumnya, Prancis, finalis yang didapuk Whoscored sebagai tim terbaik Piala Dunia Quatar 2022 ini bahkan mengalami kekalahan sebanyak dua kali! Pertama dari Tunisia di babak penyisihan grup, dan kedua dari Argentina di babak final.

Enak benar Prancis ini! Dua kali kalah, tapi bisa menjadi finalis dan meraup hadiah sebanyak 24 juta Pound. Padahal Jerman yang hanya sekali saja kalah, harus tersingkir di fase grup, dan cuma menerima uang saku sebesar 7 juta Pound saja. Mereka pun terpaksa harus menutup mulut dan membiarkan air mata bercucuran membasahi pipi. Lha kenapa tidak mengusap air mata alih-alih menutup mulut? Itu karena "sakitnya tuh di sini."

Penulis tidak usah lagi menceritakan soal isu Timnas Jerman dengan ban lengan pelanginya itu karena para pembaca budiman sendiri lebih paham dari penulis terkait isu ini. Akan tetapi Timnas Jerman yang didukung para Ladyboy sejagad dan juga IWMTL (Ikatan Wanita Manis Taman Lawang) ini terpaksa harus menanggung malu karena "diramen" Timnas Jepang 1-2. Akibatnya Timnas Jerman harus angkat kaki pagi-pagi. Spanyol dan jepang sendiri kemudian mewakili Grup E ke babak knock-out.

Banyak pengamat sepak bola mengatakan kalau pertandingan final antara Argentina vs Prancis ini adalah pertandingan terbaik di gelaran Piala Dunia Quatar 2022. Penulis sedikit berbeda pendapat. Kalau dikatakan sebagai final "ter-epik" sepanjang gelaran final Piala Dunia, memang "Yes." Itu karena drama yang tercipta (terutama sejak babak kedua) memang betul-betul menguras emosi penonton.

Prancis yang tadinya ketinggalan dua gol, akhirnya bisa memaksakan babak perpanjangan waktu berkat dua buah gol cepat dari "sultan" Mbappe. Sebiji gol kemudian dari Messi dianggap akan menyudahi perlawanan Prancis. Akan tetapi sekali lagi Mbappe mampu memaksakan pertandingan harus diakhiri dengan "adu tos-tosan." Messi dan Mbappe kemudian menunjukkan kepada dunia soal "mental sultan" pada saat menghadapi adu penalti.

Penalti memang soal mental, dan Mbappe adalah sultannya. Dalam laga final kemarin itu Mbappe berhasil mencetak dua buah gol lewat penalti (dalam laga normal) dan sebiji gol dalam laga tos-tosan. Messi juga berhasil mencetak sebiji gol lewat penalti (dalam laga normal) dan sebiji gol lagi dalam laga tos-tosan.

Sebaliknya "agan" Harry Kane hanya mampu melesatkan sebiji gol dari dua kesempatan penalti ketika berhadapan dengan Prancis di babak perempat final. Itulah sebabnya "agan" Harry Kane ini masih perlu waktu dan usaha lagi untuk sampai ke taraf "anak sultan."

Argentina memang layak menjadi juara karena mereka tampil lebih baik dari Prancis. Sebaliknya Prancis (terutama di babak pertama) tampil sangat memalukan, dan sesungguhnya tidak layak tampil di final. Sejam pertama, jangankan mendapatkan big chance, atau tendangan ontarget, sebiji tendangan offtarget saja pun tak mampu mereka lakukan.

Penulis seketika mengurut dada, ah seandainya Maroko yang tampil di final. Atau bahkan kalau Inggris saja yang tampil di final menghadapi Argentina, tentunya pertandingan akan berlangsung menarik sejak dari awal babak pertama. Inggris punya kedalam skuat paling komplet plus pemain-pemain yang versatile. Ini memudahkan pelatih untuk menerapkan berbagai skema permainan (dengan pemain yang sama) justru di saat pertandingan sedang berlangsung. Sayang sang pelatih "mainnya kurang jauh."

Akan tetapi laga final memang selalu berbeda auranya. "Berenang-renang ke hulu berakit-rakit ke tepian. Bersenang-senang dahulu bersakit-sakit kemudian." Argentina awalnya tampak bersenang-senang ketika gegenpressing ala Argentina ini berhasil meluluhlantakkan Prancis bahkan sejak di area pertahanan Prancis itu sendiri!

Trio Messi, Alvarez dan Di Maria pun tak segan bermain keras untuk merebut bola dari pemain Prancis. Di babak pertama Prancis benar-benar tertekan karena "kekurangan orang!" Apalagi Giroud terisolasi sendirian di depan. Giroud adalah tipikal pemain nomer sembilan oportunis. Ia seorang finisher, bukan creator. Tanpa suplai bola, Giroud hanyalah "seorang raja guguk ompong dengan kuku sitompul."

Sumber
Sumber " https://cdns.klimg.com/bola.net/library/upload/21/2022/12/645x430/argentina-lionel-mes_99cbdac.jpgImage caption

Trio Messi, Alvarez dan Di Maria asli bertarung dengan trio Mbappe, Griezmann dan Dembele, membuat trio Prancis ini harus mundur ke belakang. Trio De Paul, Enzo Fernandez dan Mac Allister lalu naik membantu, membuat Prancis semakin tidak berkutik. Duet Enzo dan Mac Allister benar-benar menjadi koentji kesuksesan Argentina di lini tengah. Selain memutus serangan Prancis, mereka juga mampu mendistribusikan bola dengan baik.

Transisi cepat dari mode bertahan ke menyerang dan sebaliknya, plus pergerakan pemain dengan atau tanpa bola adalah rahasia kesuksesan Argentina di babak pertama. Kombinasi pergerakan Messi, Alvarez dan Enzo yang sesekali dibantu De Paul, membuat pemain Prancis kemudian melupakan kehadiran seorang De Maria. Akibatnya sungguh fatal. Dua buah gol Argentina di babak pertama adalah berkat peranan De Maria yang tidak terjaga!

Kesalahan Argentina di babak pertama hanya satu! Mereka tidak segera "killing the game!" Sebiji gol lagi tentunya akan mengakhiri pertandingan lebih cepat. Apalagi dari arah tribune para fans Arab Saudi selalu berteriak, "Where is Mbappe? where is Mbappe?" Sebiji gol lagi tentunya akan membuat Mbappe benar-benar menghilang dari lapangan. Padahal Prancis adalah Mbappe. Tanpa Mbappe Prancis seperti "vertebrata tanpa tulang!"

Pemain Argentina kemudian terlihat puas dengan keunggulan dua gol dari Prancis yang tampil seperti layangan putus itu. Mereka kemudian mengendurkan serangan.

Deschamps kemudian melakukan langkah berani, dan ternyata brilian! Sebiji gol lagi ke gawang Lloris maka pertandingan akan usai. Apalagi Prancis terus tertekan. Prancis bahkan tidak mampu melakukan sebiji tendangan pun ke gawang Argentina. Sungguh memalukan!

Menit ke-41 Deschamps kemudian menarik Giroud dan Dembele! "Terlalu! kata bang Roma." Pemain yang ditarik keluar pada babak pertama (kecuali karena cedera atau dipanggil mertua) adalah ampas! Kedua pemain ini memang ampas beneran. Selama 41 menit Giroud kerjanya hanya jogging bae. Dembele malah melakukan hal tak senonoh dengan mendorong Di Maria di kotak penalti. Akibatnya Prancis dihukum penalti berbuah gol dari Messi.

Sebagai gantinya Deschamps kemudian memasukkan Marcus Thuram dan Randal Muani. Pergantian pemain ini tentunya tidak seketika mengubah permainan, tapi jelas mengubah mindset para pemain!

Giroud dan Dembele adalah pemain penting Prancis. Kalau Deschamps saja tidak ragu "mempermalukan" keduanya, maka ia pun pasti akan melakukan hal yang sama juga kepada pemain lain yang dianggapnya tidak berkontribusi bagi tim!

Kini "joki Deschamps sudah memegang pecut yang dialiri listrik 12 volt," dan ia berharap "kuda-kuda Prancis" mau berlari lebih cepat lagi. Dan itulah yang terjadi di pertengahan babak kedua. Dua pemain penting Prancis lainnya juga ditarik keluar. Coman dan Camavinga kemudian masuk menggantikan Griezmann dan Theo Hernandez, dan hasilnya langsung jos! Argentina yang sudah mulai bermain malas-malasan kemudian tersentak oleh dua biji gol cepat Mbappe.

Di babak perpanjangan waktu (menit ke-108) Messi kemudian mencetak gol ketiga Argentina. Berawal dari serangan balik cepat, Lautaro Martinez kemudian melakukan tendangan keras yang masih bisa diblok Lloris. Bola rebound itu kemudian ditendang Messi. Jules Kounde sebenarnya masih sempat membuang bola. Namun bola tersebut jelas-jelas telah melewati garis gawang.

Sumber : https://cdns.klimg.com/bola.net/library/upload/21/2022/12/645x430/lionel-messi-argenti_c082e22.jpgImage caption
Sumber : https://cdns.klimg.com/bola.net/library/upload/21/2022/12/645x430/lionel-messi-argenti_c082e22.jpgImage caption

Awalnya Hakim garis terlihat mengangkat bendera karena menganggap Martinez offside. Namun wasit mengabaikannya. Rekaman VAR juga menunjukkan kalau Martinez ternyata masih sejajar dengan Varane alias posisinya memang onside.

Keabsahan gol Messi ini kemudian dipertanyakan karena dari rekaman televisi terlihat jelas kalau dua orang pemain cadangan Argentina memasuki lapangan. Dengan kata lain ada tiga belas pemain Argentina yang berada di lapangan ketika permainan sedang berlangsung!

Laws of the Game IFAB pasal 3 paragraf 9 sendiri berbunyi, "Jika, setelah gol dicetak, wasit mengetahui sebelum permainan dilanjutkan bahwa ada orang tambahan di lapangan pada saat gol dicetak: wasit harus melarang gol jika orang tambahan itu adalah: pemain, pengganti, diganti pemain, pemain yang dikeluarkan atau ofisial dari tim yang mencetak gol; permainan harus dimulai kembali dengan tendangan bebas langsung dari tempat pemain tambahan berada."

ISumber :https://cdns.klimg.com/bola.net/library/upload/13/2022/12/gol-argentina_f5dd3e9.jpgmage caption
ISumber :https://cdns.klimg.com/bola.net/library/upload/13/2022/12/gol-argentina_f5dd3e9.jpgmage caption

Akan tetapi, terlepas dari kontroversi gol ketiga ini, penulis sebagai penonton netral tetap beranggapan kalau Argentina lebih pantas menjadi juara. Itu karena mereka bermain lebih baik dan kolektif bila dibandingkan dengan Prancis yang hanya bertumpu kepada seorang Mbappe.

Statistik juga menunjukkan kalau Argentina lebih baik daripada Prancis. Sebagai penggemar sepak bola, penulis tentunya berharap agar tim yang lebih agresif/baik yang memenangkan pertandingan.

Statistik Argentina vs Prancis ini mirip dengan statistik Inggris vs Prancis, dimana penguasaan bola dan jumlah tembakan (offtarget maupun ontarget) Prancis hanya setengah dari lawannya.

Di babak perempat final Inggris tampil lebih baik, tapi harus mengaku kalah dari Prancis karena kurang beruntung. Di laga final Argentina tampil lebih baik dari Prancis, dan mereka berhasil menjadi juara. Nah, jadi yang menang kali ini adalah benar-benar "sepak bola sejati."

Bravo sepak bola,

Selamat untuk Argentina, 

Salam sayang selalu buat yang di hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun