Penulis seketika mengurut dada, ah seandainya Maroko yang tampil di final. Atau bahkan kalau Inggris saja yang tampil di final menghadapi Argentina, tentunya pertandingan akan berlangsung menarik sejak dari awal babak pertama. Inggris punya kedalam skuat paling komplet plus pemain-pemain yang versatile. Ini memudahkan pelatih untuk menerapkan berbagai skema permainan (dengan pemain yang sama) justru di saat pertandingan sedang berlangsung. Sayang sang pelatih "mainnya kurang jauh."
Akan tetapi laga final memang selalu berbeda auranya. "Berenang-renang ke hulu berakit-rakit ke tepian. Bersenang-senang dahulu bersakit-sakit kemudian." Argentina awalnya tampak bersenang-senang ketika gegenpressing ala Argentina ini berhasil meluluhlantakkan Prancis bahkan sejak di area pertahanan Prancis itu sendiri!
Trio Messi, Alvarez dan Di Maria pun tak segan bermain keras untuk merebut bola dari pemain Prancis. Di babak pertama Prancis benar-benar tertekan karena "kekurangan orang!" Apalagi Giroud terisolasi sendirian di depan. Giroud adalah tipikal pemain nomer sembilan oportunis. Ia seorang finisher, bukan creator. Tanpa suplai bola, Giroud hanyalah "seorang raja guguk ompong dengan kuku sitompul."
Trio Messi, Alvarez dan Di Maria asli bertarung dengan trio Mbappe, Griezmann dan Dembele, membuat trio Prancis ini harus mundur ke belakang. Trio De Paul, Enzo Fernandez dan Mac Allister lalu naik membantu, membuat Prancis semakin tidak berkutik. Duet Enzo dan Mac Allister benar-benar menjadi koentji kesuksesan Argentina di lini tengah. Selain memutus serangan Prancis, mereka juga mampu mendistribusikan bola dengan baik.
Transisi cepat dari mode bertahan ke menyerang dan sebaliknya, plus pergerakan pemain dengan atau tanpa bola adalah rahasia kesuksesan Argentina di babak pertama. Kombinasi pergerakan Messi, Alvarez dan Enzo yang sesekali dibantu De Paul, membuat pemain Prancis kemudian melupakan kehadiran seorang De Maria. Akibatnya sungguh fatal. Dua buah gol Argentina di babak pertama adalah berkat peranan De Maria yang tidak terjaga!
Kesalahan Argentina di babak pertama hanya satu! Mereka tidak segera "killing the game!" Sebiji gol lagi tentunya akan mengakhiri pertandingan lebih cepat. Apalagi dari arah tribune para fans Arab Saudi selalu berteriak, "Where is Mbappe? where is Mbappe?" Sebiji gol lagi tentunya akan membuat Mbappe benar-benar menghilang dari lapangan. Padahal Prancis adalah Mbappe. Tanpa Mbappe Prancis seperti "vertebrata tanpa tulang!"
Pemain Argentina kemudian terlihat puas dengan keunggulan dua gol dari Prancis yang tampil seperti layangan putus itu. Mereka kemudian mengendurkan serangan.
Deschamps kemudian melakukan langkah berani, dan ternyata brilian! Sebiji gol lagi ke gawang Lloris maka pertandingan akan usai. Apalagi Prancis terus tertekan. Prancis bahkan tidak mampu melakukan sebiji tendangan pun ke gawang Argentina. Sungguh memalukan!
Menit ke-41 Deschamps kemudian menarik Giroud dan Dembele! "Terlalu! kata bang Roma." Pemain yang ditarik keluar pada babak pertama (kecuali karena cedera atau dipanggil mertua) adalah ampas! Kedua pemain ini memang ampas beneran. Selama 41 menit Giroud kerjanya hanya jogging bae. Dembele malah melakukan hal tak senonoh dengan mendorong Di Maria di kotak penalti. Akibatnya Prancis dihukum penalti berbuah gol dari Messi.
Sebagai gantinya Deschamps kemudian memasukkan Marcus Thuram dan Randal Muani. Pergantian pemain ini tentunya tidak seketika mengubah permainan, tapi jelas mengubah mindset para pemain!