Seorang dari anak muda itu lalu bisik-bisik dengan isiloP yang menahannya. Anak muda tadi lalu memberi kode kepada temannya yang mengemudi motor. IsiloP itu kemudian menghampiri si pengemudi motor yang dengan cepatnya lalu memasukkan sesuatu ke saku celana isiloP tadi.
Sungguh mengagumkan! Kecepatan tangan anak muda itu nyaris setara dengan kecepatan tangan si Pesulap Merah ataupun Deddy Corbuzier ketika menghilangkan cincin di tangan mereka itu!
Sambil berlalu isiloP tadi bertanya, berapos?
"Goban boss"
"Ok, lanjot teros!"
Trio kwek-kwek eh anak muda itu segera berlalu ketika isiloP tadi merogoh saku untuk memeriksa "legalitas valuta" yang ada di sakunya. Ternyata bukan goban (lima puluh ribu), melainkan ceban! (sepuluh ribu) Bangsos! makinya. Ia segera saja menyalakan motor untuk mengejar anak kurang ajiar itu. Namun pengejarannya tertahan di pesta yang sudah chaos tadi. Naluri kemanusiaannya pun segera bergetar. Nyawa seseorang yang hendak "direbus orang sekampung" jauh lebih berharga daripada sekedar goban! Â
Kabar teror di pesta Batak tersebut kemudian membuat kota Medan gempar. Biasanya teror bom selalu ditujukan kepada hal-hal "berbau Barat." Bom Bali, bom di kedubes Australia, bom di hotel JW Marriot misalnya memang ditujukan kepada "orang Barat." Akan tetapi kini trend-nya sudah bergeser ke orang Batak, khususnya marga Hutabarat pula!
Mungkin saja karena marga pengantinnya masih ada barat-baratnya ya. Ternyata pargonsi (pemain musik tradisional Batak) itu adalah marga Hutabarat. Pengusaha katering, bahkan pedagang rokok oplosan di pesta itu adalah marga Hutabarat juga, sehingga kuat dugaan kalau bom itu memang ditujukan kepada mereka ini!
Tulang pengantin yang marga Simanjuntak, dan wajahnya pun sebelas dua belas dengan pengacara yang sering-sering muncul di tipi itu pun berencana menutut RT hingga gubernur karena menurutnya peristiwa ini sepertinya sudah direncanakan sejak semula, sementara aparat melakukan pembiaran.
Keesokan harinya kelompok marga Hutabarat yang dipimpin oleh Tulang Simanjuntak itu berdemo di depan kantor Pegadaian menuntut perlindungan dari pemerintah. Kantor Pegadaian sengaja dipilih karena slogan Pegadaian (Menyelesaikan masalah tanpa masalah) itu terasa pas buat mereka. Apalagi sebagian dari mereka ini memang bermasalah dengan kantor Pegadaian ini. Jadi lewat demo ini mereka berharap agar mendapat keringanan pula atas segala utang mereka yang ada di kantor ini.