"Tadinya aku takut ketemu karena ada yang ngomong kalau kamu dekat lagi sama mbak Ratih. Namun mas Vicky bilang gak ada apa-apa di antara kalian berdua, karena kamu sendiri yang ngomong begitu sama mas Vicky. Kamu kan tau sendiri kalau sejak kita pacaran dulu si tante sayang banget samaku. Ketika tante tau aku balik lagi, beliau selalu memaksaku untuk mendekati kamu lagi. Aku akhirnya berani karena merasa punya modal juga, kita dulu punya masa-masa indah yang tak terlupakan ketika pacaran."
"Bangs*t, kenapa selalu saja ada Vicky dalam hidupku. Dan gak nyangka juga kalau ibu terlibat dalam urusan ini. Mengapa beliau tidak pernah membicarakannya denganku? Ah, aku tau jawabannya. Ibu tidak mau aku jadi benci kepada Maya kalau aku tau ibu lebih berpihak kepada Maya daripada Ratih.Â
Jadi ibu sengaja membiarkan seolah-olah saja Maya tanpa sengaja hadir kembali dalam hidupku. Padahal ibu bersama Vicky sudah terlibat sejak Maya masih di Australia. Sayangnya Vicky tidak menyadari kalau aku sudah pacaran dengan Ratih, wkwkwk.
Ah, tiba-tiba aku merasa malu kepada Vicky. Aku sebenarnya tidak pernah benci kepadanya. Aku sayang kepadanya seperti dia juga sayang kepadaku. Vicky jauh lebih baik dan peduli daripada Armand. Aku benci kepadanya hanya karena ia mengaku sejak SMP sudah suka kepada Ratih, hahaha.
Aku sebenarnya iri kepada Vicky karena ia seorang gentleman sejati. Bayangkan saja ia suka kepada Ratih, tapi Ratih malah kawin sama Armand, dan ia tetap bisa menjadi teman yang baik kepada keduanya. Bandingkan dengan aku yang malah memilih kabur, hahaha.
"Bram, aku dan mbak Ratih memang sengaja menghindar dari kamu satu setengah bulan terakhir ini. Sebenarnya kami sering bertemu. Kadang di Bali, Jakarta atau Surabaya, tapi hampir setiap hari kami komunikasi lewat telfon. Kami tau kamu pasti gak bisa buat keputusan, jadi harus kami berdua yang memutuskan apa yang terbaik buat kita bertiga."
"Duar!" Duh Gusti! Aku seperti orang yang hendak pipis di samping sebuah truk kontainer, tapi malangnya kontainer itu kemudian terbalik dan menimpaku!
"Bram, bulan lalu mbak Ratih sebenarnya sudah putusin kamu. Katanya, dia tau kalau kamu sebenarnya selalu berusaha untuk dekat kepadanya. Bahkan kamu sudah pernah mengajaknya kawin. Tapi mbak Ratih ragu. Katanya kamu sering mengigau, menyebut namaku. Bukan sejak aku pulang saja, tapi bahkan ketika aku masih di Australia.
Kata mbak Ratih, di dalam lubuk hatimu yang terdalam, kamu sebenarnya sangat sayang padaku walaupun kamu berusaha untuk mengingkarinya. Mbak Ratih cemburu karena merasa tak mampu mengatasinya. Cepat atau lambat itu akan menjadi masalah besar di kemudian hari. Akhirnya ia memutuskan untuk mundur saja."
Setelah merasa tertimpa kontainer, kini aku merasa tercekik! Aku tak pernah tahu kalau aku mengigau! Lha dari mana aku tahu kalau tidak pernah ada yang memberitahuku!
"Awalnya aku senang dengan perkataan mbak Ratih. Seandainya aku pulangnya tiga bulan lebih cepat, maka polemik ini mungkin tidak akan terjadi. Namun kamu sejatinya adalah pacar mbak Ratih, dan aku tak ingin terlihat seperti seorang pelakor! Aku sayang banget sama kamu Bram, tapi aku harus pergi!" Kini tangis Maya meledak tak tertahan.