Aku kemudian mengeluarkan kembang yang tadi kubawa dari vas agar Ratih bisa memasukkan kembang yang dibawanya tadi ke dalam vas itu.
"Eh gapapa Bram, kembangnya jangan dikeluarin, semua kembangnya bisa masuk koq dalam vas ini."
Duh Gusti, aku koq jadi nganu ya gara-gara vas ini.
"Gak terasa ya Bram, Armand udah tiga bulan aja perginya."
"Iya ya, tapi kamu baik-baik aja kan Rat?"
"Sejak kamu kabur ke Surabaya dulu, aku tidak pernah baik-baik lagi Bram!"
Duh Gusti, aku tidak percaya pada apa yang kudengar barusan! Rasanya seperti disamber petir di "sore bolong!" Aku tak tahu harus berkata apa.
"Aku benci sama kamu Bram, benci banget!"
"Aaa ah aku.. aku minta maaf sama kamu Rat." kataku terbata-bata.
"Ah sudahlah, semuanya juga sudah berlalu. Aku cuma mau supaya kamu tahu aja Bram, aku dipaksa harus menunggu sepuluh tahun untuk mengatakan ini, karena kamu gak pernah ngasih kesempatan padaku untuk ngomong!" Tiba-tiba Ratih menangis terisak-isak.
Duh Gusti, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku juga tidak pernah menyangka kalau aku ternyata sejahat ini padanya. Aku memang tidak pernah memberinya kesempatan untuk berbicara.