Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Hati untuk Satu Cinta (Bagian 3)

6 Januari 2022   00:45 Diperbarui: 6 Januari 2022   01:11 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasi bintang Pari yang bentuknya seperti ikan Pari, atau layangan itu terlihat dengan jelas. Rasi bintang Pari (Crux) ada di Selatan. Orion di sebelah Barat. Rasi bintang Biduk (Great Bear) ada di Utara dan Scorpio menjadi penunjuk di Timur langit. Semuanya berfungsi sebagai penunjuk arah agar kita tidak tersesat. Kebetulan pula saat ini aku tersesat, dan tak tau arah jalan pulang.

Aku tahu soal perbintangan ini dari Lenny. Ia menjelaskannya padaku saat kami berduaan di acara perkemahan sekolah pada masa SMA dulu. Aku tak tahan melihat Crux, lalu mencium pipi Lenny. Ia kemudian balas mencium mulutku. Itulah ciuman pertamaku.

Di depan Crux, Orion, Great Bear dan Scorpio, aku kemudian berjanji kepada Lenny, "Walaupun langit tidak selalu tampak cerah untuk menampakkan bintang-bintang, tapi aku berjanji akan selalu setia berada di sisimu untuk mencintaimu, merawatmu dan mengasihimu. Aku juga berjanji akan selalu merindukan ceritamu mengenai mitologi Yunani kuno itu, bahwa Orion putra Neptune adalah seorang pemburu terbaik di dunia..."

Seminggu kemudian Lenny kembali berbaikan dengan Albert. Aku jelas melihat wajah Lenny penuh kebahagiaan ketika menerima setangkai mawar dan sebatang cokelat Silver Queen dari Albert.

Itulah untuk pertama kalinya aku mengenal bagaimana rasanya "Patah hati!"

***

Aku menghela napas panjang. Tetiba ada sosok bintang jatuh. "Bintang jatuh, make a wish!" teriakku. Bintang itu kemudian berputar, lalu berhenti tepat di depanku. Padahal aku belum make a wish!

Bintang itu lalu menatapku dengan senyum genit penuh kemanjaan. Aku sungguh terpesona dibuatnya. Ia membiusku dengan senyum genitnya itu, menembus relung hatiku yang sepi. Tanpa sadar aku menyapanya, "hai." Aku membiarkan saja tubuhku tetap rebahan di atas pasir sambil menatapnya.

"Hai," katanya sambil turun mendekatiku.

Aku terperangah dan gelagapan dibuatnya.  Sinar lembutnya menimpa kulitku yang tipis. Terasa hangat, membuat bulu-bulu tanganku berdiri. Sinar itu menembus mulut dan kerongkongan, lalu berhenti di seputaran jantungku. Aku tertegun kenapa tidak langsung menembus jantungku? Ternyata ada selaput keraguan merintanginya, menunggu jalinan kisah selanjutnya. Duh Gusti!

Bintang manis itu tertawa geli melihat perangaiku. Sambil tetap menebar senyum mempesonanya, ia bertanya kepadaku dengan lembut, "Mengapa kamu sendirian saja? Tidak adakah seseorang yang mau menemanimu di malam yang indah ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun