Predator yang kelaparan itu nyaris saja memangsaku, tapi aku terlebih dahulu menjelaskan visi dan misiku mencari embun ke puncak gunung. Karnivora itu akhirnya bisa mengerti arti sebuah ekosistim.Â
Kalau ia memakanku, ia akan makan enak untuk beberapa hari saja. Akan tetapi setelah itu ia akan kelaparan lagi sampai datang orang bodoh lainnya seperti aku, yang mungkin saja melintasi tempat ini. Namun, kalau ia bersabar dan membiarkan aku mencari embun, maka hasilnya pasti akan lebih baik.
Kalau embun datang lagi, maka ayam hutan, rusa dan babi hutan dan binatang lainnya akan datang kembali ke tempat ini. Hidupnyapun akan senang kembali. Apalagi memakan manusia itu haram hukumnya karena dosa! Akhirnya macan kumbang itu memutuskan untuk ikut menemani perjalananku.
Perjalananku kini semakin nyaman karena ada sosok macan kumbang yang menemani. Namun ketika akan tidur pada malam harinya aku tetap saja waspada. Kalau mahluk berkaki dua seperti manusia dan jin saja bisa jatuh ke dalam dosa, apalagi mahluk berkaki empat yang sedang kelaparan ini.
Aku kemudian mencari dua batang kayu lurus dan membuat hammock, lalu tidur di atasnya. Macan kumbang itu hanya tertawa geli karena ia tahu kalau ia tidak akan bisa menjangkau tali itu.
Pada hari ke-lima aku bertemu pula dengan seekor burung beo yang tergeletak di atas tanah. Ia merintih kesakitan. Tampaknya kakinya patah atau keseleo. Macan kumbang itu nyaris saja memangsanya. Untunglah burung pintar itu menjelaskan visi dan misinya dalam membantu kami mencari embun ke puncak gunung.
Rupanya ia kemarin menguping pembicaraan kami. Semua burung termasuk keluarga beo ini ternyata telah hijrah ke hutan lain, padahal beo ini tidak ingin pergi dari hutan ini.
Ternyata beo bijak ini punya pandangan tersendiri mengapa ia tidak mau hijrah. Menurutnya dari pada berpindah-pindah terus, lebih baik berupaya membuat tempat tandus ini kembali seperti semula, yaitu dengan cara memanggil embun.Â
Akan tetapi ia sendiri tidak akan mampu melakukannya. Ia butuh bantuan mahluk lain agar embun percaya dan mau datang kembali ke hutan tandus ini.
Aku lalu merawat dan membebat kaki beo itu. Ia kini tampak lebih ceria dan bersemangat. Perjalanan kami ke puncak gunung kini semakin mudah dan cepat Karena beo ini bisa terbang seperti drone, dan bisa memilih jalan terbaik bagi kami berdua.Â
Yah, bekerjasama dan sama-sama bekerja itu ternyata mempermudah segalanya. Beo menjadi penunjuk jalan terbaik dan sosok macan kumbang menjauhkanku dari hewan buas lainnya.Â