Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Terakhir untukmu Sahabat

23 September 2021   19:25 Diperbarui: 23 September 2021   19:31 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rani, aku ingin berterima kasih padamu. Sebab hadirmu memberi arti dalam hidupku. Di ujung perjalanan hidupku ini, kini aku tidak malu mengatakan kalau aku sangat amat mencintaimu walaupun aku belum pernah bertemu denganmu.

Aku belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Kini aku tahu rasanya. Orang bilang berjuta rasanya, tapi bagiku bermilyar rasanya. You know why? Karena aku terlahir tanpa perasaan.

Bagi orang normal, jatuh cinta pasti akan berlanjut dengan pacaran, tunangan, menikah, punya anak dan menua bersama. Akan tetapi "perasaan" ini sudah lebih dari cukup bagiku dan juga bagi orang-orang sepertiku yang dilahirkan tanpa perasaan.

Nanti kalau aku masuk neraka dan bertemu dengan ibuku, aku akan berkata, "ibu terima kasih telah melahirkanku ke dunia ini, sehingga membuatku mengerti akan rasa ini. Jatuh cinta membuatku sangat bahagia karena mampu menutup seluruh air mata yang tak pernah tertumpah"

Rani, aku juga meminta maaf. Aku baru tahu kalau Pak Rachmat itu ternyata adalah ayahmu. Aku tidak ingin lepas tanggung jawab atau membela diri dihadapanmu sebab tidak akan ada bedanya lagi.

Aku hanya ingin kamu tahu kebenarannya, yaitu aku benar-benar sangat mencintaimu. Aku tahu kamu kini akan sangat membenciku. Aku bisa terima itu. Tidak usalah balas surat ini. 

Biarlah suratmu bulan lalu itu menjadi surat terakhir darimu. Aku akan membawanya sampai saat aku dieksekusi. Suratnya akan menjadi kenangan, tapi isinya akan selamanya bersama jiwaku.

Bolehkah aku memanggilmu sayang, setidaknya untuk sekali ini? Terima kasih sayang karena sudah mewarnai hidupku, memberi taburan bintang yang menghiasi langitku yang gelap dan menjadi oase dalam perjalanan hidupku yang kering kerontang. I love you forever coz you were always on my mind.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun