Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Polemik Impor Beras Indonesia

24 Maret 2021   15:00 Diperbarui: 24 Maret 2021   15:45 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar gudang Bulog, sumber: https://static.republika.co.id/

Ketika harga diatas HET, itu artinya gudang Bulog memang kosong! Padahal sebelumnya Kementan mengatakan kita swasembada beras.

Membeli beras impor dari luar negeri tentunya butuh prosedur dan waktu. Kesempatan ini kemudian dimanfaatkan spekulan untuk mengkerek harga beras hingga di atas HET. 

Logikanya, kalau stok beras di gudang banyak, tentunya Bulog akan melakukan Operasi Pasar untuk menstabilkan harga beras. Kecuali kalau Bulog juga ternyata merangkap spekulan!

Ketika harga beras naik di atas HET, Yang ditegur Presiden dan warga tentunya adalah Kemendag dan Kemenko Perekonomian (yang dianggap lambat melakukan impor beras) bukan Kementan! Ketika beras impor tiba, maka harga beras di Cipinang pun kembali normal seperti biasa, hahaha...

Dalam kasus impor beras sekarang ini, Kemenko Perekonomian, Airlangga Hartarto sepertinya tidak ingin mengambil risiko harga beras akan melewati HET seperti pada tahun 2018 lalu. Apalagi Ramadan akan segera tiba dimana harga kebutuhan pokok lainnya pasti akan merambat naik pula.

***

Di atas kertas, "hitung-hitungan perberasan" ini seharusnya gampang saja. Konsumsi beras perkapita kita berkisar 120 kg/orang/tahun. Dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa saja, maka kebutuhan beras adalah sebesar 30 juta ton/tahun atau 2,5 juta ton/bulan.

Jadi wacana impor beras 1 juta ton (yang peruntukannya untuk cadangan Pemerintah) itu sebenarnya hanya cukup untuk makan warga selama 12 hari saja! Lalu bagaimana kalau tiba-tiba ada bencana nasional, termasuk perang misalnya?

Gampangnya coba kita lihat ke dapur rumah kita sendiri. Berapa kg-kah cadangan beras yang pantas ada di dapur? Termasuk untuk mengantisipasi bila sekiranya terjadi kerusuhan seperti Mei 1998 lalu, dimana pasar dan toko-toko kemudian dijarah dan dibakar oleh perusuh.

Lantas berapakah sebenarnya hasil panen kita? Tampaknya hanya Tuhan saja yang tahu berapa angka pastinya. Soalnya angka hasil panen ini selalu berubah-ubah sesuai selera/kepentingan orang/Lembaga yang menghitungnya.

Tahun 2018 luas lahan sawah kita 7,105 juta Ha dengan jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa. Bandingkan dengan Thailand 9 juta Ha (penduduk 80 juta) dan Vietnam 8 juta Ha (penduduk 78 juta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun