Nah, kalau yang ini termasuk tipe kader yang gagal hidup prihatin!
Goyang menggoyang adalah hal yang lumrah terjadi dalam sebuah organisasi. Dulu PDI dan PPP telah kenyang makan asam garam dikudeta kader yang didukung pemerintahan Suharto.
SBY sendiri saat menjabat sebagai Kasdam Jaya 1996 lalu, turut serta dalam proses mengkudeta kantor pusat PDI di jalan Diponegoro Jakarta yang memakan korban itu.
Ini bukan kata penulis loh, tapi menurut laporan Komnas Ham seperti yang tertulis di Wikipedia.
Penulis sendiri hakul yakin kalau goyangan itu cuma riak kecil saja, karena untuk mengubah riak kecil menjadi ombak besar tentunya diperlukan ekstra tenaga dan biaya.
Apakah "pemerintah" sudi mengeluarkan biaya ekstra untuk mengkudeta AHY dari Demokrat?
Tentu saja itu akan menjadi sebuah hil yang mustahal pula. Demokrat (54 kursi) dan PKS 50 kursi) total 104 kursi, jelas tidak memberikan efek apa-apa di parlemen karena suaranya terlalu kecil.
Yang bisa mereka lakukan selama ini hanyalah walk-out sambil melambaikan tangan dengan tebaran senyum penuh pesona ketika meninggalkan ruang sidang paripurna.
Namun bagi pemirsa itu tampak seperti rombongan anak TK yang berbaris rapi menuju ruang kelas. "Selamat pagi bu... selamat pagi pak... selamat pagi semua!" Hore (sambil tepuk tangan)
Apakah "playing victim bergaya prihatin" masih bisa menyelamatkan muka Cikeas kali ini?
Wallahu a'lam. Namun sepertinya orang tidak tertarik untuk menanggapinya. Bukan tidak tertarik, tapi tidak perduli. "Egp." kata mpok Elsye, wanita semok penjual gorengan di tikungan jalan.