Maklum teman penulis ini penggemar klub sepak bola Lokomotiv Moscow alias perokok berat, sementara penulis tidak suka mencium bau rokok di mobil. Jadi solusinya di setiap rest area berhenti untuk merokok barang sebatang dua batang rokok.
Berangkat pagi, malah sampai di rumah masih bisa makan malam tepat waktu. Buset! Tidak terbayang kalau sepuluh tahun yang lalu akan bisa begitu cepatnya.
Perjalanan Jakarta-Surabaya kini bahkan berkisar 10-12 jam saja via jalan tol. Arek Darmo berangkat pagi dari Surabaya, malamnya dugem di Bandung, kemudian kembali lagi. Sesampainya di Surabaya esok paginya langsung ngantor lagi. Uenak rek!
Tentunya di daerah-daerah lain juga pembangunannya setali tiga uang. Apalagi pembangunan kini tidak hanya terfokus di Jawa saja. Bahkan kini ada pula Trans Papua di Papua!
Pembangunan infrastruktur jalan seperti itu tentunya akan mempermudah jalur distribusi barang dan penumpang yang pada akhirnya akan mereduksi biaya produksi. Pada akhirnya masyarakat juga yang akan menikmatinya.
Gegap gempita pembangunan infrastruktur ala Jokowi ini rupanya membuat SBY "terbangun dari tidurnya." Seharusnya ia bisa melakukannya lebih baik dari Jokowi, dan memang benar adanya. Apalagi sebagai seorang militer terlatih, tentunya SBY akrab dengan strategi operasional lapangan, manajemen logistik untuk mendukung operasional dan tentunya garis komando sebagai fungsi pelaksanaan dan pengawasan operasional di lapangan.
Namun SBY terlena dengan "manajemen prihatin" yang disusun oleh tim ahli komunikasi SBY selama ini. Manajemen prihatin ini memang efektif selama sepuluh tahun pemerintahan SBY.
Untuk ini penulis angkat jempol pol kepada tim ahli komunikasi SBY yang jelas-jelas lebih hebat daripada tim ahli komunikasi Jokowi yang lebih mengandalkan buzzer garis loetjoe, kelas sosmed itu.
Lha, dari jubir kepresiden saja terlihat nyata. Coba bandingkan wajah Julian Aldrin Pasha (jubir SBY) dengan Fadjroel Rachman (jubir Jokowi)
Kalau ini bolehlah kita tanyakan kepada emak-emak pengendara skutik yang lampu sein kirinya menyala tapi beloknya ke kanan itu. "Lebih adem mana mak liat wajah Julian atau Fadjroel?"
Penulis tidak perlulah menjawabnya. Buzzer kemudian nanya, "Elo mau liat tampang orang atau mau mendengar isi penjelasannya?"