"Dari mana datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali."
"Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati."
"Kalau elo udah eneg liat tampang orang, elo gak bakalan mau denger apa yang dikatakannya!"
Akan tetapi zaman sudah berubah euy. Orang tidak mau hidup prihatin lagi. Orang kini bergerak semakin cepat dan gesit. Hare gene, pedagang tidak lagi menunggu pembeli di lapaknya, tapi hadir ke costumer via online!
Sementara itu SBY tetap saja mengandalkan gaya prihatinnya dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Jelas "jaka sembung bawa golok!" Ibarat orang sudah bersiap memasuki era 5G, pepo lalu datang menawarkan hape yang ada tipi beserta antena tariknya plus jaringan 2G. Jelas lemot!
***
Saat ini ada krisis internal yang melanda kubu Demokrat. Salah satu isu yang mencuat adalah turunnya suara Demokrat di parlemen. Padahal pada era 2009-2014 lalu Demokrat menjadi partai pemuncak.
Hal ini bisa dimaklumi mengingat SBY pada saat itu menjadi presiden, sehingga Demokrat otomatis menjadi magnet yang bisa menarik banyak kekuatan untuk berhimpun di sekitarnya.
Kala Demokrat tidak lagi menjadi magnet, otomatis kekuatannya juga semakin mengendur. Ini adalah hal wajar dan biasa saja terjadi dalam dunia politik.
Kini kedudukan AHY (baca SBY) sedang digoyang dari dalam oleh para senior yang merasa disingkirkan. Nah lucunya lagi, ada sebagian senior yang merasa kalau Ibas justru lebih pantas memimpin Demokrat daripada AHY.
Nah kalau yang begini gampang ditebak muaranya. Mereka ini sebenarnya tetap setia kepada keluarga SBY, hanya saja sejak AHY yang jadi nakhoda, kantong mereka ini cenderung "kempes."