"Janganlah engkau pernah menghina saudaramu sesama pecinta sepak bola, sebab ketika ia bersedih maka Tuhan akan mendengar kesedihannya, lalu kepadamu ditimpakan pula kesusahan"Â (Kitab para Nabi & Rasul, Perihal mencintai sesama pecinta sepak bola)
***
Januari 2021 menjadi bulan menggembirakan bagi penggemar klub Manchester United. Hati fans sedang berbunga-bunga seakan-akan Armand Maulana berbisik di telinga lewat lagu "11 Januari."
Betapa tidak, setelah sebelumnya terseok-seok di awal musim, MU kemudian seakan bangkit dari kubur untuk mengejar ketertinggalannya dari para pesaing (terutama Liverpool)
"Tirakat, puasa Senin Kemis," merapal doa hingga puasa menghina fans klub lain (terutama fans Liverpool) sejak awal musim sudah diikhtiarkan semata agar MU terhindar dari bencana memalukan.
Minggu 27 Desember 2020 MU sudah berada di posisi empat, tertinggal empat poin saja dari Liverpool. Kala itu penulis bersyukur MU bisa bangkit kembali, apalagi kedalaman skuat MU adalah yang terbaik di EPL. Memang problem yang dihadapi MU selama ini sebenarnya psikis saja.
Namun penulis membuat catatan. Ketika jarak MU dengan Liverpool di klasemen semakin tipis, maka bersiaplah untuk menebalkan telinga, karena fans MU itu selalu memakai Liverpool sebagai rujukan dalam membuat satu kalkulasi yang berhubungan dengan sepak bola.
Januari 2021 kemudian membuat perubahan besar di papan klasemen. Kini posisinya justru berbalik. MU berada di atas, Liverpool di bawah. Ketika MU kemudian berhasil menahan imbang Liverpool di Anfield, fans MU mengira kalau mereka itu sudah juara Liga Inggris.Â
Ketika MU berhasil mengalahkan Liverpool 3-2 di Old Trafford pada laga Piala FA, fans MU mengira kalau mereka ini sudah meraih doubel winner. Itu karena patokannya Liverpool. Padahal musuh bebuyutan yang harus diwaspadai itu adalah Manchester City!
Liverpool memang sedang gegana (gelisah galau merana) tersebab badai cedera yang menimpa lini belakang, plus mandulnya lini serang (dalam 5 pertandingan hanya bisa mencetak sebiji gol)