"Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna." Tapi aku kemudian menemukan solusi untuk penyelesaian kasus ini. Bang Sarmili, tukang ojek pengkolan kemudian memberi petunjuk kalau ada orang pinter yang bisa membantu masalahku.
Hari Minggu pagi itu, aku bersama bang Sarmili kemudian goncengan naik motor ke Parung, tempat orang pinter tersebut.Â
Sebelum ketemu dengan simbah, aku disuruh melepaskan seluruh pakaian. Jadi aku hanya mengenakan sarung saja, dan tubeless ketika masuk ke ruang praktik. Awalnya aku merasa heran, mosok mau konsultasi saja harus ribet begini. Keheranan itu kemudian terjawab ketika aku berada di dalam ruang praktik.
Tanpa tedeng aling-aling simbah kemudian menyuruhku untuk rebahan dan ia kemudian memegangi kedua pahaku. Aku kemudian menjerit dan lari ketakutan.
Singkat cerita, simbah itu rupanya masih sepupu langsung dari Mak Erot pakar ketimun dari Pelabuhan Ratu, yang tersohor ke seantero jagad itu.
Aku kemudian murka kepada bang Sarmili. Eh dianya malah ngotot, "yang paling oke itu mah memang cuma ini bro." katanya belagak pilon.
"Dari sononya juga jempol gue sudah segede ini bang, kagak perlu diurut-urut lagi!" kataku gemes. "Dasar jaka sembung bawa golok." Akhirnya kamipun pulang dengan tangan hampa.
***
Akhirnya aku menemukan solusi jitu juga terhadap masalahku. Untung ada Donny yang memberitahuku untuk berkonsultasi dengan ibu Yanti, guru BP/BK yang memang memberi bimbingan dan konseling bagi murid-murid di sekolahku.
Awalnya aku ragu dan merasa malu, tapi akhirnya semua berjalan lancar. Bukan hanya masalah dengan Mita saja yang kami bahas, tetapi juga semua tentang diriku.
Aku tidak menyangka kalau ibu Yanti ini begitu baik dan penuh perhatian kepada murid-muridnya. Dan hasilnya kemudian terbukti. Aku dan Mita kemudian putus secara baik-baik.