"Sayaaaang...sayang, udah siap belom PR ku?"
"Iya, dikit lagi nih"
"Abis itu kita makan baso ya, aku laper nih. kamu sayang kan sama aku..." kata Mita sambil melingkarkan tangannya di bahuku.
"Duh kalo tanganmu di bahuku, aku gak bisa nulis nih. PR-nya gak kelar-kelar"
"Iya deh aku tunggu di parkiran aja ya say" kata Mita sambil berlalu.
"Duh Gusti, kalo tau gini aku tidak akan mau pacaran!" teriakku dalam hati. Ya Tuhan, ternyata punya pacar itu bukannya enak, aku malah jadi romusha merangkap "jugun ianfu" sekaligus.
Pacaran model begini malah lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Lah, PR-ku saja belum dikerjai malah aku harus mengerjakan PR pacar lebih dahulu. Dasar anak pemalas!
Pacaran belum sebulan, aku sudah langsung bangkrut! Mita ini makannya banyak, suka nonton dan paling doyan main ke mall. Paling sebelnya lagi, Mita ini sangat suka makan petai dan jengkol!
Jangan-jangan aku terjebak dalam toxic relationship! Ini harus segera diakhiri, karena sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala jomlo dan oleh sebab itu toxic relationship harus dihapuskan dari muka bumi karena tidak sesuai dengan peri-kejomloan.
Yah memang salahku juga. Waktu itu Mita merayakan ulang tahun sweet seventeen. Aku kemudian didapuk menjadi pendampingnya. Kebetulan kami berdua memang sama-sama jomlo dan ulang tahunnya samaan pula.
Ketika aku dan Mita berdansa, Mita kemudian berbisik ke telingaku, "kita jadian yuk.." Aku terperangah, dan kurasa aku kebanyakan minum limun, "yuk" kataku. Alu lalu dicipoknya. "sah, sah sah" seru orang-orang di sekelilingku. "Sialan!" aku baru nyadar kalau ada begundal di sekelilingku.