Ini situasi dilematis bagi Kane. Sebagai stiker top dunia tentunya ia bebas memilih klub mana yang ia mau, seperti yang dulu dilakukan Berbatov, Modric, dan Bale. Akan tetapi ia tidak enak hati meninggalkan Spurs.Â
Tampaknya Kane tidak terlalu mengejar popularitas dan gaji tinggi. Namun ia merindukan tropi yang belum pernah didapatkannya selama ini. Di sisi lain, dengan gaya defensif Mou, pastinya Kane akan kekurangan pasokan bola. Otomatis keran golnya akan seret juga. Namun kali ini Kane percaya kepada Mou.
Jadi ada tiga PR besar bagi Mourinho. Pertama, membuat pertahanan Spurs menjadi kuat. Mou kemudian menduetkan Toby dengan Dyer yang tadinya seorang gelandang. Entah bagaimana caranya duet ini sangat solid, membuat Spurs menjadi klub yang paling sedikit kebobolan di EPL.
Kedua, lini tengah harus bisa menjadi filter pertama untuk menahan serangan lawan. Gelandang serang Spurs kemudian menjadi korban. Mou kemudian menduetkan Hojbjerg dengan Sissoko menjadi dobel pivot tangguh untuk memutus serangan lawan.
Untuk lini belakang dan tengah, Spurs memang mencatat kemajuan besar. Lalu bagaimana dengan lini depan? Mou memang sangat beruntung memiliki Son dan Harry Kane.
Kane bukan saja seorang striker paling lengkap sejagad, tapi dia juga punya kerendahan hati yang luar biasa. Sejak era new-normal dimulai, Kane kemudian bermetamorfosis menjadi seorang pemain bernomor 9,5! Buset! Bukankah pilihannya nomor sembilan murni atau sepuluh saja?
Nah disinilah menariknya. Kane sepertinya berperan menjadi pemain false-nine, mirip seperti peran Firmino di Liverpool. Bahasa kerennya, "deep-lying forward," Akan tetapi sejatinya Kane tetaplah seorang pemain bernomer sembilan murni, beda dengan Firmino.Â
Torehan gol dan assist Kane juga sangat jauh dari Firmino. Hingga pekan ke-12, Kane sudah mencetak 9 gol dan 10 assist. Sedangkan Firmino baru mencetak 2 gol dan 2 asis. Nah, fleksibilitas dari Kane inilah yang kemudian membuat Mou blingsatan untuk kembali memainkan gaya parkir bus andalannya itu.
Awal musim Spurs masih bermain agresif, membuat mereka menjadi tim tersubur di EPL. Namun semuanya berubah ketika memasuki pekan ke-9 kala Spurs bersua Manchester City yang sedang terluka. Bermain terbuka, Spurs bisa saja dihajar City dengan skor telak, tapi bisa juga sebaliknya.
Namun Mou punya rencana lain, dan inilah saat yang tepat untuk menguji "parkir bus ala Spus!" Bermain menyerang dengan penguasaan bola hingga 67%, City justru tersungkur 2-0.Â
City melepaskan 22 tembakan tapi nihil gol. Sebaliknya Spurs hanya melepaskan 4 tembakan, 2 tepat sasaran dan keduanya menghasilkan gol! Onde mande...