BUKAN BATU BESAR YG MEMBUAT JATUH TAPI KERIKIL KECIL...
Â
Sebuah ungkapan kekesalan Nikita Mirzani terhadap kerumunan massa penjemput HRS (Habib Rizieq Shihab) di sosmed kemudian berbuah petaka. Tiada disangka tiada diduga, orang yang disebut-sebut sebagai Ustad Maheer At-Thuwailibi itu kemudian terpancing dan kemudian membalas cuitan Nikita tersebut dengan ungkapan "lonte." Bukan itu saja, Maher kemudian mengancam akan mengerahkan 800 orang rekan-rekannya untuk menggeruduk Nikita di rumahnya sendiri.
Sejurus, tindakan Maher itu tampaknya akan efektif sebagai alat intimidasi bagi orang-orang atau pihak yang berseberangan dengan paham kelompoknya. Bagi orang "normal," yang sejak kecil diajarkan dengan konsep "sing waras ngalah," tentulah pernyataan Maher itu bisa dianggap sebagai pertanda agar tidak usah mencampuri urusan orang lain. Biasanya intimidasi seperti ini memang efektif. Ngemeng-ngemeng, lelaki macam apakah Maher ini sehingga memerlukan 800 orang lelaki lainnya lagi untuk "mengerjai" seorang Nikita
Akan tetapi lain padang lain belalangnya. Lain gamis lain pula belahannya. Kali ini Maher kena "bijinya." Nikita bukannya takut malah membuka biji eh aib Maher, yang katanya bernama Soni Eranata ini.
Kini situasinya berbalik. "Warga penakut yang tadinya waras," kemudian "berbuat gila" dengan memberikan perlawanan terhadap Maher & The Gang lewat sosok Nikita Mirzani. Sebagian warga bahkan berbuat lebih gila lagi dengan mendukung Nikita untuk Pilpres 2024! Lah, Prabowo dan Anies mau dikemanain ya? Akhirnya People's power pun terbentuk di sosmed.
Dukungan People's power terhadap Nikita, tentunya membuat Nikita semakin "mantap jiwa" untuk menghajar Maher dan kelompoknya. Nikita rencananya akan membawa persekusi Maher tadi ke ranah hukum. "Insiden lonte" tadi ternyata bukan hanya menyeret Maher saja. Sang Sultan, HRS juga "tergelincir oleh parfum" lonte karena terpancing melihat polisi yang berjaga di kediaman Nikita. Padahal HRS hadir dalam acara perhelatan Maulid Nabi. Seketika "kehabiban" HRS pun diragukan!
***
Aksi "trilogi teatrikal" HRS kemarin pastinya akan mengguncang iman warga kebanyakan hingga pejabat kelas abal-abal. Dimulai dari aksi penyambutan HRS di bandara, acara di Megamendung dan kemudian di Petamburan.
Pemerintah juga seperti tak berdaya menghadapi "The Fugitive Porn" ini ketika ia kembali ke tanah air. Walaupun jelas-jelas salah, tapi banyak media tidak berani mengecam kerumunan massa ini karena takut dipersekusi kelompok asoy geboy ini.
Bandul politik tanah air seketika bergoyang ke kanan. Anies dan Ridwan Kamil pun sontak mengubah haluan ke Petamburan. "Kaum rebahan" seketika bangkit dari pembaringan. Tak kurang beberapa oknum TNI pun kemudian tak malu melanggar Sapta Marga. BNPB bahkan menjelma "menjadi panitia" dengan membagikan 20.000 buah masker dan hand sanitizer kepada tamu Shohibul Hajat.